Kamis, 30 Juli 2015

رجل صالح

رجل صالح

ﺫﻫﺐ ﻟﻴﺨﻄﺐ ﻓﺘﺎﻩ وأثناء ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﻪ ﺴﺄﻟﺘﻪ ﻛﻢ ﺗﺤﻔﻆ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ الكريم ﻗﺎﻝ ﻟﻬﺎ: لا أحفظ الشيء الكثير ولكن لي رغبة ان اكون عبدا صالحا.

ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ: ﻭﺍنتِ ؟!

ﻗﺎﻟﺖ: أﺣﻓﻈ ﺟﺰﺀ ﻋﻢ،

ﻭ ﻭﺍﻓﻘﺖ الزواج به ﻟﻤﺎ أﺣﺴﺖ ﺍﻧﻪ ﻓﻌﻼ ﺻﺎﺩﻕ .

ﻭ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺰﻭﺍﺝ ﻃﻠﺒﺖ ﻣﻨﻪ ﺍن ﻳُﺤﻔِِﻈﻬﺎ القرآن الكريم

فقال : لآبأس نتعاون على الحفظ معاً

ﺑﺪﺃ معا ﺑﺴﻮﺭﺓ ﻣﺮﻳﻢ ﺗﻮﺍﻟﺖ ﺍﻟﺴﻮﺭ ﺣﺘﻰ ﺧﺘﻤﺖ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ ﻋﻠﻰ ناظريه ﻭﺣﺼﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺟﺎﺯﺓ في الحفظ ﻭﺣﺼﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻫﻮ كذلك..

وعرضت عليه: ﻣﻤﻜﻦ ﻧﺒﺪﺍ ﺑﺤﻔﻆ ﺍﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ وفي احدى الزيارات الى بيت والدها اخبر ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻭﺍﻟﺪ ﺍﻟﻔﺘﺎﻩ ﻗﺎئلا: ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺑﻨﺘﻚ ﺣﻔﻈﺖ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ الكريم.

ـ ﺗﻌﺠﺐ الرجل ﻣﻦ ﻛﻼﻣ زوج بنته

ﻭﺩﺧﻞ ﻏﺮﻓﺔ ﺑﻨﺘﻪ ﻭﺍﺣﻀﺮ ﺍﻭﺭﺍﻕ كثيرة و وضعها امامه.
ويا لمفاجأة الزوج وذهوله.. زوجته ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺠﺘﺎﺯﻩ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ الكريم ﻭﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﺴﺘﻪ من قبل ان تتزوج به.

ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﺗﺤﺮﺟﻪ بدايةً ﻟﻘﻠﺔ ﻋﻠﻤﻪ وعملت على ان يحفظ مثلما تحفظ لما حست ﺍﻧﻪ ﺍﻧﺴﺎﻥ ﺻﺎﻟﺢ (ولم تكذب حين قالت انها تحفظ جز عم حيث لم تنفي حفظ ما سواه)
اللهم ان لم اكن صالحا فارزقني زوجة صالحة تعينني و تقربني إليك و اجعلني صالحا.

Wasiat Syaikh Ar-Ruhaili

Wasiat Syeikh Prof. DR. Ibrohim Ar Ruhaili pada acara penutupan dauroh di ponpes Imam Bukhori.

Beliau menyampaikan banyak wasiat untuk kita semua, diantaranya:

1. Seluruh manusia membutuhkan Alloh dalam segala urusannya. Maka mintalah kepada-Nya kemudahan segala urusan kalian.

2. Beliau menegaskan akan pentingnya menuntut ilmu, utamanya adalah ilmu aqidah. Dan hendaknya menuntut ilmu dg talaqqi kpd ahlinya, yaitu para ulama'.

3. Barangsiapa yg mengenal aqidah yg benar, mengenal sunnah, dan mengamalkannya, seolah2 dia hidup pada zaman sahabat bersama Rosululloh shollalloh 'alaihi wasalam.

4. Carilah anugerah yg banyak dari yg memiliki anugerah, yaitu Alloh ta'ala. Mintalah petunjuk kepada-Nya karena Dia-lah yg memberi petunjuk.

5. Dakwah di negeri ini telah tersebar luas berkat kegigihan para dai. Benar2 telah tersebar luas, dan tahun ini saya dapati perkembangan yg lebih besar daripada tahun sebelumnya.

6. Syeik berterimakasih kepada radio/TV roja yg telah memberikan kontribusinya untuk perkembangan dakwah yg mulia ini.

7. Syeikh berwasiat kepada siapa saja yg terjun dlm medan dakwah agar berdakwah dengan lembut, sebagaimana dakwahnya Rosululloh sholalloh 'alaihi wasallam, dg bijak dan santun.
Harus bersabar dlm berdakwah jika mendapat tantangan dan gangguan dr org2 yg tidak tahu (jahl), karena memang mereka tidak tahu. Bersabar dalam menjawab syubhat2 yg beredar, bersabar dlm menjawab pertanyaan2. Dan ajarkan umat tentang islam yg benar, tentang iman, tentang aqidah dan tauhid. Serta beri peringatan merekaal akan bahaya syirik, bid'ah, dan maksiat.

8. Seorang dai harus menghindari penyakit2 hati berupa hasad dan yg lainnya, dn dituntut untuk senantiasa ikhlas dlm berdakwah.

9. Kaum muslimin agar senantiasa berlomba dalam kebaikan sebagaimana Abu Bakr dan Umar berlomba dalam kebaikan. Sebagaimana Imam Bukhori dan Imam Muslim berlomba dlm kebaikan. Karena Alloh akan meninggikan derajat org2 yg saling berlomba, sebagaimana derajatnya Abu Bakr dan Umar.

10. Kita bersama berlomba untuk meraih kejayaan sebagaiman kejayaan mereka. Kita ingin dikumpulkan bersama orang2 yang jaya. Suatu ketika salah seorang bertanya kepada Rosululloh shollalohu 'alaihi wasallam, "Bagaimana seseorang mencintai suatu kaum yg belum pernah ia jumpai?". Beliau menjawab: "Seseorang akan berkumpul bersama orang yang ia cintai".

11. Wajib bagi kita untuk bersyukur kepada Alloh atas limpahan nikmat yang diberikan. Utamanya adalah nikmat ilmu dan menyebarkan ilmu. Bagi kita semua agar senantiasa menuntut ilmu dan jangan pernah bosan. Karena ini peninggalan para nabi. Rosululloh shollalloh 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang dapat meraihnya, maka dia telah mendapat jatah yang banyak".

Semoga Alloh ta'ala memberikan kepada kita semua taufiq dan hidayah-Nya agarsenantiasa dapat istiqomah di atas jalan yang hak. Amiin!!

Solo, 13 Syawwal 1346 H.
Penulis: Al-Akh Muhammad Amruddin hafizohullah

Rabu, 29 Juli 2015

Menjadi Ratu

MENJADI RATU

Ada iklan reklame sebuah merk minuman yang bagus dicermati:" ANDA ADALAH APA YANG ANDA MINUM".  kata-kata yang padat dan sarat dengan makna. Menggambarkan bahwa kesehatan seseorang itu begitu berkaitan eratnya dengan minuman apa yang dia konsumsi.

Dalam berumah tangga,  biasanya  suami itu adalah cerminan dari sikap istrinya terhadapnya.

Jika anda melihat ada seorang suami yang bajunya kusut-masay, rambutnya acak-acakan,penampilannya tidak rapi dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap....so pasti yakinkah bahwa sang istri tidak memperdulikan kebersihan.

Jika anda melihat, suami perlente,tampilannya selalu rapi,harum dan elegant...yakinilah bahwa sang istri sosok yang mencintai kebersihan dan kerapian.

Dalam hal sikap dan perangai, biasanya seperti itu pula keadaannya. Jika anda mendapati sang suami dermawan dan baik,gampang memberi,mencintai kebaikan...dst.,biasanya dibelakngnya ada istri yang sholehah sebagai pendukungnya.

Tidak salah jika ada yang mengatakan:" orang-orang besar itu akan terlahir dari wanita-wanita berjiwa besar". Dibalik orang-orang sukses,ada istri-istri dahsyat yang bekerja di belakang layar sebagai motivator handal.

Tidak terlahir pemimpin Handal sekaliber  Muawiyah bin Abi Sofyan, kecuali di balik kebesarannya ada Sang Ibu Hindun Binti Utbah yang berkata- tatkala ada orang-orang yang memuji ketangkasan anaknya Muawiyah dan kelayakannya kelak menjadi pemimpin kaumnya-:"  sungguh celaka Muawiyah jika hanya mampu menjadi pemimpin kaumnya...tetapi ia kelak akan menjadi pemimpin dunia".

Subhanallah...sungguh cita-cita besar yang membuat Muawiyah kelak benar-benar menjadi orang besar dan pemimpin dunia.

Keberhasilan dakwah Rasulullah tidak pernah kepas dari peran sang Istri  teladan Khadijah binti Khuwailid  yang telah mengorbankan segalanya untuk suaminya dan Islam.

Lihat pula sebaliknya peran Ummu Jamil yang senantiasa menjadi pendukung setia bahkan motivator ulung dibalik kekejian dan kekejaman perangai Abu Lahab terhadap keponakannya Muhammad.

        *          *           *

Datang seorang istri mengadukan perilaku suaminya yang pada dasarnya baik dan bertanggung jawab, namun jika marah,,dunia laksana" kiamat" di buatnya. La haula wal quwwata illa billahi.

Sang istri mencela perangai buruk suaminya ini,padahal tanpa dia sadari bahwa perangai" marah"suaminya itu terkadang lahir dari sikapnya sendiri yang terkadang menjengkelkan sang suami, bahkan merendahkan sang suami.

Tiada api tanpa asap,tiada marah tanpa sebab. Kecuali jika sang suami telah berubah akalnya alias gila.  Sebelum menyalahkan sang suami,selayaknya wanita terlebih dahulu mengintrospeksi dirinya,melihat sikap dan prilakunya terhadap sang suami.

Kaum lelaki,yang disifati dengan kekuatan fisik dan akal...hakikatnya begitu gampang ditaklukkan oleh makhluk yang maha lembut bernama wanita. Jika tidak demikian ...mustahil Nabi kita bersabda;"aku tidak pernah melihat ada orang yang kurang akal dan agamanya,namum mampu melenyapkan  akal lelaki yang terkuat sekalipun daripada kalian wahai kaum wanita".

Betapa kelembutan wanita membuat "dungu"kaum pria hingga akhirnya bertekuk lutut melakukan berbagai tingkah laku yang bodoh dan membinasakan.

Apakah anda tidak tau diantara sebab hancurnya sebagian pejabat maupun konglomerat adalah skandal" wanita simpanan"?

             *         *          *

Seorang istri yang bijak..jika ingin menjadi ratu dalam rumah tangganya,dimuliakan,dipuja dan dicinta sepanjang masa...hendaklah ia terlebih dahulu menjadikan suaminya bagaikan raja-raja di istana-istana.

Ibarat bahan bakar maka  lelaki itu bagaikan "bensin" yang cepat terbakar dan meledak-ledak. Jikalah seorang istri tidak pandai menyiasatinya dengan kelembutan..niscaya ia akan terbakar dan membakar istrinya dengan kemarahan yang meluap-luap.

Secara kodrati,pria itu merasal lebih tinggi di atas wanita dan itu adalah hal yang wajar karena memang seperti itu fitrahnya yang telah diciptakan Allah. Dengan itu mereka dapat melindungi kaum wanita dan mengayomi mereka. Dalam konteks agama, Allah juga telah melebihkan pria atas wanita dalam kepemimpinan.

Ketika sang pemimpin merasa terlecehkan oleh anggotanya, disepelekan dan direndahkan...ia akan nekat melakukan segalanya untuk mempertahankan eksistensinya... walaupun dengan menceraikan orang yang menjadi teman hidupnya.

Bagi mereka...kemuliaan diri adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar..apapun resiko yang dihadapinya.

    *        *         *

Menjadi SANG RATU dalam rumah tangga sebenarnya adalah hal yang sangat sederhana dan mudah dilakukan. Bagaiamana caranya??

Jawabnya....
jadikan suamimu bagaikan raja,hormati dan muliakan dia,junjung tinggi marwahnya dihadapan manusia, dan jangan sekali-kali kau bangkitkan kemarahannya dengan sikap angkuhmu,apalagi denagan menyebarkan aib dan kekurangannya.

Jika itu mampu kau lakukan...saya berani memberikan garansi abadi lintas tahun untukmu,bukanbhanya garansi 1-3 tahun..tetapi garansi seumur hidup...engkau akan jadi ratu dalam hidupnya. Ia akan mencintaimu sepanjang masa, tergila-gila padamu dan siap melakukan apapun untukmu.

Batam, 15 Syawwal 1436 h/30 Juli 2015

Ustadz Abu Fairuz hafizohullah

Saka Imam Syafi’i Nganti Walisongo Wae Nganggep Slametan Kepaten/ Tahlilan Kuwi Ala Iki pamikire Imam Syafi’i

Saka Imam Syafi’i Nganti Walisongo Wae Nganggep Slametan Kepaten/ Tahlilan Kuwi Ala Iki pamikire Imam Syafi’i

“Ana dene maca Al-Quran lan dadekake
pahalanya kanggo mayit, sholat ingatase mayit karo sing samisal sakarone mula madzhab Asy-Syafii lan mayoritas ulama mamikir bahwasanya hal hal kesebut ora bakal teka marang mayit” (Al- Minhaaj syarh Shahih Muslim 11/58).

Iki panjelasan bab Tahlilan saka wali Sanga

HET BOOK VAN BONANG buku iki ana ing perpustakaan Leiden Walanda , sing dadi salah siji dokumen arang saka jaman Walisongo . Yen ora digawa Walanda, bokmenawa dokumen sing banget penting kuwi wis lenyap .
Buku iki tinulis saka Sunan Bonang ing abad 15 sing berisi babagan wulangan- wulangan Islam . Ing jero naskah kuna kuwi diantarane nyeritaake babagan Sunan Ampel wanti-wanti nyang Sunan Kalijaga sing isih nglestarekake slametan .  ” Aja ditiru panggawe sak-werna kuwi amarga klebu BIDA’H ” .
Sunan Kalijaga njawab : “ cik-ben mengko generasi sakwise awake dhewe pas Islam wis uwis ditandur neng ati, masyarakat sing arep ngilangi budaya tahlilan kuwi ”.

Sunan Ampel : “ Apa ora nguwatiri neng sak teruse dina menawa adat istiadat lan upacara lawas kuwi mengko dianggep dadi wulangan sing asale saka agama Islam ? nek hal iki dibenke mengkone bakal dadi BID’AH ?

Sunan kudus njawab, menawa dheweke nduweni keyakinan, menawa neng buri dina ana sing menyempurnakannya (hal 41, 64) .
Sunan Ampel , Sunan Bonang , Sunan Drajat , Sunan Gunung Jati lan paling utama Sunan Giri berusaha sakuwat tenaga kanggo menyampaikan wulangan Islam sacara murni , becik babagan aqidah ataupun ibadah. lan dekne kabeh menghindarkan awak saka bentuk singkretisme / mencampurkan , nggathukake wulangan Hindu lan Budha karo Islam. ning sawalike Sunan Kudus, Sunan Muria lan Sunan Kali nyoba nrima sisa-sisa wulangan Hindu lan Budha neng jero penyampaian wulangan Islam. nganti wektu iki budaya kuwi isih ana neng masyarakat awake dhewe , kaya sekatenan , ruwatan , shalawatan , tahlilan , upacara pitung wulanan lan liya-liyane . [ Sumber : Abdul Qadir Jailani , Peran Ulama dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia] , hal . 22-23, Penerbit PT. Bina Ilmu .

Nasehate SUNAN BONANG
Salah siji catetan penting sing ana jero dokumen “ Het Book van Mbonang ” kuwi yaiku peringata saka Sunan Mbonang marang umat kanggo sanuli bersikap padha saling mbantu kanthi asih kinasihan, lan mencegah awak saka kesesatan lan BID’AH .
Unine kayangene iki :

“ Ee..mitraningsun ! Karana sira iki apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dholalah lan bid’ah“. artine : “ Wahai sedulurku ! amarga kowe kabeh yaiku padha-padha pemeluk Islam mula supaya padha ngasihi karo sedulurmu sing ngasihi kowe. Lan kalian kabeh supaya mencegah saka panggawe sesat lan BID’AH .

Dokumen iki yaiku sumber babagan walisongo sing dipercayani dadi dokumen asli lan saheh , sing tersimpan neng Museum Leiden , Walanda . saka dokumen iki wis dilakoake beberapa kajian saka beberapa peneliti . Diantarane thesis Dr. Bjo Schrieke taun 1816 , lan Thesis Dr. Jgh Gunning taun 1881 , Dr. Da Rinkers taun 1910 , lan Dr. Pj Zoetmulder Sj , taun 1935

iki panjelasan saka Syaikh Nawawi Al Bantani

Syekh Nawawi al-Bantani , Syekh Arsyad al-Banjary lan Syekh Nuruddin ar- Raniry sing ngrupakne peletak dasar-dasar pesantren neng Indonesia pun isih nyekel kanthi kuwat ing panganggep alane slametan kepaten kuwi .

“ Shadaqah kanggo mayit, yen padha karo tuntunane syara ’ yaiku dianjurkan , ning ora oleh dikaitkan karo dina sing ka-pitu utawa dina- dina liyane , sementara miturut Syaikh Yusuf, wis mlaku kebiyasaan neng antarane wong-wong sing nglakoake shadaqah kanggo mayit dikaitkan karo dina ke-telu saka kematiane, utawa dina ka- pitu , utawa ke- duapuluh, utawa ke- empatpuluh , utawa ke-satus lan sawise nganti ing kebiyasaane saben taun saka kepatene, padahal bab iku hukume makruh. Mangkono uga makruh hukume menghidangkan panganan sing ditujukan kanggo wong-wong sing ngumpul nang bengine panguburan mayit (biyasa karan al-wahsyah), bahkan haram hukum hukume (yen) biayanya asale saka bandhane anak yatim ”. (an-Nawawy al-Bantani , Nihayah al-Zein fi Irsyad al-Mubtadiien (Beirut: Dar al-Fikr) hal 281) .

Ternyata senada uga diungkapake Muhammad Arsyad al-Banjary ing jero Kitab Sabiel al-Muhtadien (Beirut: Dar al-Fikr) juz II, hal 87, serta Nurudin al-Raniry ing jero Kitab Shirath al-Mustaqim (Beirut: Dar al-Fikr) juz II, hal 50)

Kepriye Hukume Tahlilan Miturut Imam Syafii?

Benarkah menawa imam Syafi’i sing diklaim dadi madzab sing diieloni dening sebahagian akeh saka umat Islam neng negeri iki nganjurake tahlilan/ slametan kepaten utawa malah nglarang?

Jebule kekegiatan (sejenis) tahlilan iki saka awit jaman sahabat dianggep dadi kegiatan meratap sing dilarang dening Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Riwayat saka Jabir bin Abdillah Al Bajaliy, dheweke kandha: ”Kami (yakni para Sahabat kabehe) memandang/nganggep (yakni manut mazhab kami para Sahabat) menawa ngumpul-ngumpul neng panggonan keluarga mayit lan nggawe panganan sawise dikubure mayit iku klebu saka bagian meratap.”

Hadits iki diwetokake saka Imam Ibnu Majah (no 1612) kanthi derajat sing shahih.

Lan an-niyahah/ meratap iki yaiku panggawe jahiliyyah sing dilarang dening Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam;

Diriwayatkan ing jero sahih Muslim saka Abu Hurairah radiyallahu anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “ana loro prakara sing isih dilakoake dening manusia, sing loro-orone ngrupakne bentuk kekufuran: (yaiku) nyacat keturunan, lan meratapi wong mati”.

Pandangane Imam Syafii.

Nah, kepriye karo pandangane imam Syafii dhewe –sing turene- mayoritas ummat Islam neng Indonesia bermadzab syafi’i, apa piyambake sepakat karo akeh-akehe kaum muslimin iki utawa malah piyambake dhewe sing nglarang kegiatan tahlilan iki?

Ing jero kitab al Umm (I/318), wis ngendika Imam Syafii berkaitan karo bab iki

“Aku benci al-ma’tam, yaiku ngumpul-ngumpul neng omahe keluarga mayit sanajan ora ana tangisan, amarga sayekti sing mangkono kuwi bakal memperbaharui kesedhihan.”

Dadi, Imam Syafii dhewe ora dhemen karo kegiatan tahlilan sing dilakoake kaya sing akeh dilakoake dening ummat Islam dhewe.

Maca Al Qur’an kanggo wong mati (miturut Imam Syafi’i).

Ing jero Al Qur’an, neng Surat An-Najm ayat 38 lan 39 disebutkan disana;
[53.38] (yaiku) bahwasanya seseorang sing berdosa ora arep mikul dosane wong liya,

[53.39] lan bahwasanya sawong manusia tiada mekoleh kajaba apa sing wis diupayaake dheweke.
Berkaitan karo hal iki mula Al Hafidh Ibnu Katsir menafsirkannya mengkene iki;

“yaiku, padha karo seseorang ora arep mikul dosane wong liya, mangkono uga seseorang ora arep mekoleh ganjaran/pahala kajaba apa-apa sing wis dheweke upayaake kanggo awake dhewe.

Lan saka ayat sing mulia iki, al Imam Asy Syafii bareng para ulama sing mengikutinya wis ngetoake hukum: menawa Al Qur’an ora bakal teka hadhiyah pahalanya marang wong sing wis mati.

Amarga wacan kesebut dudu saka amal lan upadine dekne kabeh. Sarehdene kuwi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ora tau mensyariatkan umatnya (kanggo menghadhiyahake wacan Qur’an marang wong sing wis mati) lan uga ora tau menggemarkannya utawa menehake pituduh marang dekne kabeh, baik itu dengan nash (dalil sing tegas lan padhang) lan ora uga dengan isyarat (nganti-nganti dalil isyarat wae ora ana).

Lan ora tau dinukil saka seorang Sahabat (menawa dekne kabeh tau ngirim wacan Al Qur’an marang wong sing wis mati).

Yen sakirane panggawe kuwi becik, tentu para Sahabat wis ndhisiki awake dhewe ngamalake bab kuwi.
Lan ing jero masalah peribadatan mung kewates marang dalil, ora oleh ditolehake karo bermacam qiyas lan ra’yu (pikiran).”

Dadine, saka keterangane Ibnu Katsir iki gamblang menawa panggawe maca Al Qur’an karo tujuan pahalanya katur marang si mayit iku ora bakal teka, lan mangkono uga pandangane ulama gedhe sing dianut saka sebahagian gedhe kaum muslimin neng negeri iki.
Sak banjure, geneya mereka kabeh beda karo imame mereka dhewe?
Wallahu a’lam.

Rujukan: hukum Tahlilan (slametan kepaten) manut papat Madzab & hukum maca al Qur’an kanggo Mayit bareng Imam Syafii, karya ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat/ http//aslibumiayuwordpress.com diringkas. nahimunkar.com

Terjemahan bahasa indonesia: http://fajrialkhonsa.blogspot.com/2015/07/hukum-tahlilan-menurut-imam-syafi.html

Dari Imam Syafi’i Hingga Walisongo pun Anggap Selamatan Kematian / Tahlilan Itu Buruk

Dari Imam Syafi’i Hingga Walisongo pun Anggap Selamatan Kematian / Tahlilan Itu Buruk

Berikut Pendapat Imam Syafi’i ;

“Adapun membaca Al-Qur’an dan menjadikan pahalanya untuk mayat, sholat atas mayat dan juga yang semisal keduanya maka madzhab Asy-Syafi’i dan mayoritas ulama berpendapat bahwasanya hal hal tersebut tidak akan sampai kepada mayat” (Al- Minhaaj syarh Shahih Muslim 11/58).

Berikut penjelasan Tahlilan dari Wali Sanga ;

HET BOOK VAN BONANG buku ini

ada di perpustakaan Leiden Belanda , yang menjadi salah satu dokumen langka dari jaman Walisongo .Kalau tidak dibawa Belanda, mungkin dokumen yang amat penting itu sudah lenyap .

Buku ini ditulis oleh Sunan Bonang pada abad 15 yang berisi tentang ajaran- ajaran Islam . Dalam naskah kuno itu diantara nya menceritakan tentang Sunan Ampel memperingatkan Sunan Kalijogo yang masih melestarikan selamatan . ” Jangan ditiru perbuatan semacam itu karena termasuk BIDA’H ” .

Sunan Kalijogo menjawab : “ Biarlah nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam di hati masyarakat yang akan menghilangkan budaya tahlilan itu ”.

Sunan Ampel : “ Apakah tidak mengkhawatirkan di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam ? Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi BID’AH ?

Sunan kudus menjawabnya bahwa ia mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari ada yang menyempurnakannya (hal 41, 64) .

Sunan Ampel , Sunan Bonang , Sunan Drajat , Sunan Gunung Jati dan terutama Sunan Giri berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan ajaran Islam secara murni , baik tentang aqidah maupun ibadah. Dan mereka menghindarkan diri dari bentuk singkretisme / mencampurkan , memadukan ajaran Hindu dan Budha dengan Islam. Tetapi sebaliknya Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga mencoba menerima sisa-sisa ajaran Hindu dan Budha di dalam menyampaikan ajaran Islam. Sampai saat ini budaya itu masih ada di masyarakat kita , seperti sekatenan , ruwatan , shalawatan , tahlilan , upacara tujuh bulanan dll . [ Sumber : Abdul Qadir Jailani , Peran Ulama dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia ] , hal . 22-23, Penerbit PT. Bina Ilmu .

NASEHAT SUNAN BONANG

Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen “ Het Book van Mbonang ” itu adalah peringatan dari sunan Mbonang kepada umat untuk selalu bersikap saling membantu dalam suasana cinta kasih , dan mencegah diri dari kesesatan dan BID’AH .

Bunyinya sebagai berikut :

“ Ee..mitraningsun ! Karana sira iki apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid’ah“. Artinya : “ Wahai saudaraku ! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu. Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan BIDA’H .

Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai sebagai dokumen asli dan valid , yang tersimpan di Museum Leiden , Belanda . Dari dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti . Diantaranya thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816 , dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881 , Dr. Da Rinkers tahun 1910 , dan Dr. Pj Zoetmulder Sj , tahun 1935

Berikut Penjelasan dari Syaik Nawawi Al Bantani ;

Syekh Nawawi al-Bantani , Syekh Arsyad al-Banjary dan Syekh Nuruddin ar- Raniry yang merupakan peletak dasar-dasar pesantren di Indonesia pun masih berpegang kuat dalam menganggap buruknya selamatan kematian itu .

“ Shadaqah untuk mayit, apabila sesuai dengan tuntunan syara ’ adalah dianjurkan , namun tidak boleh dikaitkan dengan hari ke tujuh atau hari- hari lainnya , sementara menurut Syaikh Yusuf, telah berjalan kebiasaan di antara orang-orang yang melakukan shadaqah untuk mayit dengan dikaitkan terhadap hari ketiga dari kematiannya, atau hari ke tujuh , atau ke duapuluh, atau ke empatpuluh , atau ke seratus dan sesudah nya hingga di biasakan tiap tahun dari kematian nya, padahal hal tersebut hukumnya makruh. Demikian pula makruh hukumnya menghidangkan makanan yang ditujukan bagi orang-orang yang berkumpul pada malam penguburan mayit (biasa disebut al-wahsyah), bahkan haram hukum hukumnya biayanya berasal dari harta anak yatim ”. (an-Nawawy al-Bantani , Nihayah al-Zein fi Irsyad al-Mubtadi’ien (Beirut: Dar al-Fikr) hal 281) .

Pernyataan senada juga diungkapkan Muhammad Arsyad al-Banjary dalam Sabiel al-Muhtadien (Beirut: Dar al-Fikr) juz II, hal 87, serta Nurudin al-Raniry dalam Shirath al-Mustaqim (Beirut: Dar al-Fikr) juz II, hal 50) [fp nahimunkar.com]

Bagaimana hukum Tahlilan Menurut Imam Syafii?

Benarkah bahwa imam Syafi’i yang diklaim sebagai madzab yang diikuti oleh sebahagian besar oleh umat Islam di negeri ini menganjurkan tahlilan/ selamatan kematian atau justru MELARANGNYA?

Ternyata kegiatan (semacam) tahlilan ini dari sejak jaman sahabat dianggap sebagai kegiatan meratap yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Dari Jabir bin Abdillah Al Bajaliy, ia berkata:”Kami  (yakni para Sahabat semuanya) memandang/menganggap (yakni menurut mazhab kami para Sahabat) bahwa berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan membuatkan makanan sesudah ditanamnya mayit termasuk dari bagian meratap.”

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah (no 1612) dengan derajat yang shahih.

Dan an-niyahah/ meratap ini  adalah perbuatan jahiliyyah yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam;

Diriwayatkan dalam sahih Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu anhu. bahawa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  bersabda:

“Ada dua perkara yang masih dilakukan oleh manusia, yang kedua duanya merupakan bentuk kekufuran: mencela keturunan, dan meratapi orang mati”.

Pandangan Imam Syafii.

Nah, bagaimana dengan pandangan imam Syafii sendiri –yang katanya- mayoritas ummat Islam di Indonesia bermadzab dengannya, apakah ia sepakat dengan kebanyakan kaum muslimin ini atau justru beliau sendiri yang melarang kegiatan tahlilan ini?

Didalam kitab al Umm (I/318), telah berkata Imam Syafii berkaitan dengan hal ini;

“Aku benci al ma’tam, yaitu berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan.”

Jadi, imam Syafii sendiri tidak suka dengan kegiatan tahlilan yang dilakukan sebagaimana yang banyak dilakukan oleh ummat Islam sendiri.

Membaca Al Qur’an untuk orang mati (menurut Imam Syafi’i).

Dalam Al Qur’an, di surat An Najm ayat 38 dan 39 disebutkan disana;

[53.38] (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,

[53.39] dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.

Berkaitan dengan hal ini maka Al Hafidh Ibnu Katsir menafsirkannya sebagai berikut;

“Yaitu, sebagaimana seseorang tidak akan memikul dosa orang lain, demikian juga seseorang tidak akan memperoleh ganjaran/pahala kecuali apa-apa yang telah ia usahakan untuk dirinya sendiri.

Dan dari ayat yang mulia ini, al Imam Asy Syafii bersama para ulama yang mengikutinya telah mengeluarkan suatu hukum: Bahwa Al Qur’an tidak akan sampai hadiah pahalanya kepada orang yang telah mati.

Karena bacaan tersebut bukan dari amal dan usaha mereka. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mensyariatkan umatnya (untuk menghadiahkan bacaan Qur’an kepada orang yang telah mati) dan tidak juga pernah menggemarkannya atau memberikan petunjuk kepada mereka dengan baik dengan nash (dalil yang tegas dan terang) dan tidak juga dengan isyarat (sampai-sampai dalil isyarat pun tidak ada).

Dan tidak pernah dinukil dari seorang pun Sahabat (bahwa mereka pernah mengirim bacaan Al Qur’an kepada orang yang telah mati).

Kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentu para Sahabat telah mendahului kita  mengamalkannya.

Dan dalam masalah peribadatan hanya terbatas kepada dalil tidak boleh dipalingkan dengan bermacam qiyas dan ra’yu (pikiran).”

Jadi, dari keterangan Ibnu Katsir ini jelas bahwa perbuatan membaca Al Qur’an dengan tujuan pahalanya disampaikan kepada si mayit tidak akan sampai, dan demikianlah pandangan ulama besar yang dianut oleh sebahagian besar kaum muslimin di negeri ini.

Lantas, mengapa mereka berbeda dengan imam mereka sendiri?

Wallahu a’lam.

Rujukan: Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut Empat Madzab & Hukum Membaca al Qur’an untuk Mayit bersama Imam Syafii, karya ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat./ http://aslibumiayu.wordpress.com, diringkas nahimunkar.com/

Muhaddits Besar Itu Dulunya Beragama Hindu

Muhaddits Besar Itu Dulunya Beragama Hindu.

Dia adalah Prof. Dr. Muhammad Dhiya'urrahman Al A'dzamy. Berikut biografi singkat beliau yang berhasil kami himpun dari berbagai sumber dan berdasarkan wawancara kami dengan beliau setahun yang lalu.

Beliau dilahirkan di India pada tahun 1362 H/1943 M dari sebuah keluarga Hindu yang taat. Beliau tidak ingat pasti kapan tanggal lahirnya. Semua data tentangnya hilang saat melarikan diri dari India.

Terlahir dari keluarga yg berkecukupan membuatnya mampu melanjutkan pendidikan hingga tingkat tsanawy (SMP). Sejak usia dini minat bacanya cukup tinggi. Banyaknya agama dan kepercayaan di India mendorong rasa ingin tahunya untuk mempelajari berbagai agama, mulai dari Yahudi, Kristen ,Budha dan agama-agama lainnya. Hingga kemudian Allah membukakan hatinya untuk memeluk Islam.

Interaksinya dengan berbagai macam literatur keagamaan mendorongnya menulis berbagai makalah ilmiah di bidang perbandingan agama. Diantara karya beliau dibidang perbandingan agama adalah "Dirasat fi Al-Yahudiyah wa An-Nashraniyah wa Adyaan Al-Hindi. Buku ini dicetak dalam jilid besar oleh "Maktabah Ar-Rusyd"

Perjalanan spiritualnya hingga memeluk islam sangat panjang. Semuanya beliau tuangkan dalam sebuah risalah yang berjudul "Min Dzulumaat Al Watsaniyyah Ila Dhiyaa' Al-Islam"

Saat menyatakan masuk islam, keluarga menolak keras perpindahan yang dilakukannya. Berbagai cara ditempuh agar menyurutkan iman keislamannya. Puncaknya mereka berencana untuk membunuhnya. Karena tekanan dan penindasan yang dialaminya demi mempertahankan keyakinan barunya, beliau melarikan diri ke negara tetangga Pakistan. Di Pakistan beliau ikut sebuah lembaga pendidikan asuhan Jamaah Islamiah (JI) yang diketuai oleh Abul A'la Al Maududy. Disanalah beliau mempelajari dan mendalami Madzhab Hanafy. Hingga akhirnya Allah membimbing beliau untuk sepenuhnya mengikuti dalil dan meninggalkan fanatik madzhab serta Jama'ah Islamiyah. Kisahnya bersama Jamaah Islamiyah bisa dibaca pada bagian terakhir dari buku beliau "Marwiyaat Abu Hurairah" cet. Maktabah Al ghuraba' madinah.

Agar keilmuannya semakin mantap, beliau memutuskan untuk pindah ke negeri Haramain. Di tempat barunya, beliau melanjutkan pendidikan strata satu di Universitas Islam Madinah (UIM). Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu, beliau melanjutkan pendidikan pada program pasca sarjana Universitas Al Azhar Kairo di bidang hadits. Setelah meraih predikat Doktor dengan nilai terbaik beliau kembali dan diberi tugas sebagai dosen di Universitas Islam Madinah.

Beberapa tahun kemudian beliau dipercaya untuk menjalankan amanah sebagai Dekan Fakultas Hadits Universitas Islm Madinah. Selain pakar di bidang Hadits, Beliau juga sangat mumpuni di bidang perbandingan agama dan theologi, beliu sering diminta untuk menjadi pembimbing terhadap sejumlah desertasi di didang ini. Sebagai penghormatan atas kerja keras dan pengabdiannya terhadap Islam Kerajaan Saudi Arabia memberinya kewarganegaraan.

Kini beliau -hafidzahullah- tinggal menetap di Madinah Al Munawwarah. Diusianya yang tak lagi muda beliau menghabiskan waktunya untuk menulis pada berbagai disiplin ilmu. Tiga hari dalam sepekan (Senin, Selasa, Rabu ba'da Isya) beliau rutin menyampaikan ta'lim di Masjid Nabawi As-Syarief dengan materi Ilmu Hadits(*).

Saya pernah bertanya, "Mengapa anda lebih banyak waktu menulis ketimbang memberi pelajaran..?" Beliau menjawab "Bila aku mati, karyaku adalah kehidupan yang kedua bagiku"

Diantara Karya beliau:

1. Al jaami" al kamil (insyaallah akan dicetak dalam 20 jilid(**)
2. Mu'jam Mustholsh Al-Hadits
3. Dirasaat fil jarh watta'dil
4. Dirasat fi Al Yahudiyah wa An Nashraniyah wa Adyaan Al-Hindi
5. Minnatul Kubro Syarh & Takhrij Sunan As-Shughro (9 jilid)
6. Aqdhiah Rasulillah sallallahu alaihi wasallam karya Ibn al-Thalla' al-Qurtubi (wafat 497 h) (dirosah & tahqiq)

Dan Masih banyak lagi

Catatan:
* Saat ini beliau fokus pada qiroah & ta'liq terhadap Shohih Bukhory
** Kabar itu kami terima dari beliau beberapa pekan sebelum kami meninggalkan Madinah, wallahu a'lam apakah ada perubahan atau tidak.

Madinah, Ahad 23-04-1435 H 

Penulis: Ustadz Aan Chandra Tholib  El-Gharantaly hafizohullah

Selasa, 28 Juli 2015

Berkarya Dalam Diam

BERKARYA DALAM DIAM

Dialah guru kami tercinta Prof. DR. Muhammad Dhiyaa'urrahman Al-A'Dzamy. Seorang mantan Hindu yang kini menjadi seorang Muhaddits.

Setelah pensiun dari jabatannya sebagai dekan fakultas hadits & dosen di universitas islam Madinah, beliau mendedikasikan seluruh waktunya untuk menulis & meneliti di berbagai disiplin ilmu baik hadits, sejarah & perbandingan agama.

Prof. DR. Anis Thohir mengatakan, "Setelah pensiun dia seolah ditelan bumi. Bertahun-tahun lamanya kami hampir tak pernah bertemu dengannya. Tiba-tiba ia muncul kembali dengan sebuah karya yang besar"

Iya, "Al-Jami' Al-Kamil" merupakan hadiah terbesar beliau untuk umat islam. Di dalamnya terkumpul semua hadits nabi shallallahu alaihi wassalam dari berbagai referensi baik yang sudah dicetak maupun yang masih dalam bentuk manuskrip. Setiap hadits diteliti baik sanad maupun matannya. Hasilnya terkumpullah kurang lebih 12 ribu hadits sohih tanpa pengulangan dan sekian ribu hadits dhoif. Rencananya buku akan terbit dalam 20 jilid besar.

Syaikh Anis mengatakan, "Mendengar tentang beliau aku teringat dengan As-Suyuthi. Dimana ia lebih banyak menutup diri dari manusia, dan buah dari kesendirian beliau adalah 900 karya diberbagi disiplin ilmu. Kadang terbersit dalam hati ini keinginan untuk bisa seperti mereka. Tapi melihat kebutuhan ummat terhadap dakwah rasa-rasanya tidak mungkin bagiku untuk itu. Tapi aku bersyukur ada orang seperti beliau. Jujur kami para dosen dibuat takjub dengan karya beliau ini. Terlebih lagi beliau menyelesaikan karya ini seorang diri dan merahasiakannya dari orang banyak. Sehingga kami baru mengetahuinya setelah semuanya rampung. Semoga Allah menjaga beliau"

Suatu hari saya pernah bertanya, "Mengapa setelah sekian lama anda baru berkenan mengajar di Masjid Nabawi.? Beliau menjawab, "Tawaran itu sudah ada sejak dulu, tapi aku sudah bertekad untuk mendedikasikan waktuku untuk Al-Jami' Al-Kamil. Kini setelah hampir dua puluh tahun lamanya, akhirnya semuanya rampung. Insyaallah ramadhan ini akan dicetak oleh penerbit Darussalam, tinggal merubah font saja.

Beliau pernah mengatakan, "Mimpiku selanjutnya adalah membuat ensiklopedi yang memuat biografi semua perawi (narator) hadits. Adanya khilaf dalam hal menghukumi kredibilitas seorang rowi disebabkan kurangnya kelengkapan data yang berkaitan dengan rowi tersebut, sehingga kita perlu menghimpun semua data yang berkaitan dengannya, berikut penilaian para ulama dari seluruh referensi yang ada. Untuk itu aku sudah membuat khuttoh (proposal penelitian) tinggal siapa yang mau melanjutkannya. Aku telah menghitung seluruh buku yang memuat biografi ulama, semuanya ada sekitar 300 san. Sementara jumlah perawi tidak lebih dari 50.000 orang.

Semoga beliau dan seluruh karyanya diberkahi Allah

Catatan:

Ternyata kita belum berbuat apa-apa. .

Batam 13 Syawwal 1436 H
Penulis: Ustadz Aan Chandra Tholib El-Gharantaly hafizohullah

Saya Ingin Menjadi Laki-Laki Yang Sholeh

Dia pergi untuk melamar seorang wanita.

Disaat dia melakukan nazhor syar'i (melihat calon istri sebelum lamaran).

Sang gadia bertanya : "Berapa hafalan Al-Qur'an antm ?"

Ikhwan tersebut menjawab : "Saya tidak hafal banyak tapi saya ingin menjadi laki-laki yang sholeh"

Lalu ikhwan tersebut balik bertanya kepada si akhwat : "Kalau anti berapa hafalan Al-Qur'anmu?"

Sang Akhwat menjawab : "Saya sudah hafal juz amma (Juz 30)"

Akhwat itu pun kemudian sepakat untuk menikah dengannya karena merasa dia adalah laki-laki yang jujur.

Akhirnya setelah menikah...

Sang Istri lalu memintanya untuk membantunya menghafal Al-Qur'an.

Sang suami berkata : "Mengapa kita tidak saling membantu dalam menghafal bersama-sama?" (Ini awal yang baik-red)

Mereka lalu memulai menghafal dengan Surat Maryam kemudian berikutnya dan berikutnya
sampai hafalan Qura'nnya selesai dan mereka berdua mendapat Ijazah hafalan Quran.

Kemudian istrinya menawarkan : (Dengam penuh semangat-red) "Mungkin kita juga bisa memulai menghafal Hadits-hadits Bukhari.."

Di sebuah kesempatan ketika dia berziarah kerumah mertuanya, sang suami mengabarkan kepada mertuanya kalau anaknya sekarang sudah hafal Al-Qur'an Al-Karim, Alhamdulillah.

Mertuanya kaget dengan apa yg dikatakan menantunya itu, dia lalu masuk ke kamar anaknya seraya memperlihatkan banyak kertas kepada menantunya.

Alangkah kaget dan bingungnya sang suami melihat kenyataan bahwa Istrinya ternyata memiliki ijazah hafalan Al-Quran dan Kutub As-Sittah (kumpulan 6 kitab2 hadits) bahkan sebelum dia menikah dengannya.

Subhanallah.... Dia tidak mempermasalahkan dari awal sedikitnya ilmu yang dimiliki sang calon suami, dan dia kemudian membantunya menghafalkan Al Quran sebagaimana dia telah menghafalnya disaat dia merasa kalau memang sang suami adalah orang Shalih (Dia juga tidak berdusta ketika dia berkata saya hafal juz 'amma karena dia tidak menafikan bahwa dia juga hafal surat yg lainnya).

Ya Allah jika aku bukan orang yg shalih maka karuniakan kepadaku istri yg shalihah yg membantuku, dan menjadikanku dekat dengan Mu, dan jadikanlah aku orang yg shalih...

Diterjemahkan dari teks bahasa arab: http://fajrialkhonsa.blogspot.com/2015/07/blog-post.html

Sepenggal Kisah Sopir Pribadi Syaikh Anis Thahir

Kisah Kejujuran Sopir Pribadi Prof. Dr. As-Syaikh Anis Thahir & Akhlak Penduduk Madinah

Dahulu aku punya seorang sopir pribadi yang tinggal bersamaku selama 16 tahun, dimana kebanyakan sopir yang ada hanya mampu bertahan 2 tahun saja dengan majikannya.
Sering aku memintanya untuk pulang ke keluarganya mengunjungi anak istrinya, tapi dia selalu menolak. Hingga berlalulah masa 16 tahun dia menemani saya, kemudian jatuh sakit.

Saya bilang kepadanya, kamu sakit. Pulanglah ke keluargamu dan bulanan kamu tetap aku berikan. Setiap kali aku buka pembicaraan ini dengannya dia menangis dan berkata: "Aku tidak mau keluar dari Madinah".

Lalu sampailah akhirnya dia sepakat pulang ke negerinya. Dan aku uruskan untuknya visa keluar, pasport dan tiket pesawat.

Hingga pada hari H dan ketika itu 3 jam sebelum take off, aku sengaja mendatanginya di kamarnya untuk melihat persiapannya. Aku terperanjat, aku dapati ternyata Allah telah lebih dulu memanggilnya, dia wafat padahal ketika itu tidak tersisa dari perjalanannya kecuali hanya 3 jam saja.

Kejujurannya, "Aku tidak mau keluar dari Madinah" benar-benar Allah penuhi, sehingga dia pun Allah wafatkan di Madinah. Lalu aku pun menguburnya dengan tanganku sendiri di pekuburan Baqi'.

(Dikisahkan oleh Prof. Dr. Asy-Syaikh Anis Thahir hafidzahullah tadi pagi di Gren Alia Prapatan. 11 Syawwal 1436 H - 27/7/2015)

Diceritakan oleh Ustadz Jafar Salih hafizohullah

Kamis, 23 Juli 2015

20 Sebab Kenapa Harus Memaafkan Orang yang Menzalimi Kita

20 Sebab Kenapa Harus Memaafkan Orang yang Menzalimi Kita

Di mata sebagian orang memaafkan kerap dianggap enteng, lebih dari itu memaafkan kelewat sulit untuk diterapkan pada diri saat dizalimi, kenapa? 

Karena, sebut Ustadz. Firanda, biasanya saat dizalimi kita ingin balas dendam, makanya yang bisa melakukannya adalah para nabi, siddiqin dan para ulama.

Kita tahu, lanjut beliau, setelah tauhid, yang paling penting adalah akhlak yang mulia, dan yang paling banyak memasukkan neraka adalah akhlak yang buruk. Salah satu akhlak yang baik adalah berbuat ihsan, contohnya adalah memaafkan. Untuk mencapai derajat ihsan, memilki keyakinan Allah selalu melihat kita tidaklah mudah. Buktinya kita sulit memaafkan, padahal Allah selalu tahu apa yang ada di hati kita.

Sementara Nabi sendiri telah memberikan contoh kepada kita. Sifat-sifat memaafkan yang dimiliki amatlah banyak untuk diuraikan. Saat membagikan ganimah pada perang hunain salah satunya, kala itu beliau dibentak dengan kerah bajunya ditarik lalu disebut tidak adil, namun beliau tak membalas, sebaliknya memaafkan. Dan banyak lagi sifat memaafkan yang dimiliki Nabi shallahu alaihi wa sallam yang lainnya.

Dalam kajian yang berlangsung di Masjid Sulaiman Fauzan Al Fauzan Bagik Nyaka, Lombok Timur, Kamis (23/7/2015), setelah menyebutkan mukaddimah panjang lebar di antaranya yang tersebut di atas, karena waktu terbatas, di hadapan lautan jamaah, Ustadz.Firanda secara maraton menyebutkan 20 sebab kenapa kita harus memaafkan orang yang menzalimi kita.

1. Hendaknya dia yakin bahwa yang membuat orang lain menzaliminya adalah Allah, tepatnya kezaliman yang menimpanya sudah merupakan garisan tangan/ takdir. Maka memiliki keyakinan seperti ini akan mendatangkan ketenteraman dalam hati. Lalu kenapa kita tidak menerima takdir dengan memaafkan orang yang menzalimi?

2. Hendaknya saat dizalimi, ia ingat akan dosa-dosanya. Kenapa dizalimi? Karena Allah sedang menimpakannya sesuatu, di antaranya karena dosa-dosanya. Dan memaafkan adalah salah satu cara untuk memperbaiki diri dan menghapus dosa-dosa tersebut.

3. Hendaknya dia ingat, memaafkan akan mendapat pahala. Memaafkan saat dizalimi adalah nikmat hakiki, bukan balas dendam, ini bukan nikmat hakiki malah azab sesungguhnya kendati ada kepuasan saat balas dendam.

4. Hendaknya dia ingat, saat dia memaafkan bahwa hatinya sedang bersih, dan ini kelezatan luar biasa, lebih dari kelezatan balas dendam.

5. Hendaknya dia tahu memaafkan karena Allah bukan karena jiwanya, akan membuatnya mulia, dan Allah akan mengangkat derajatnya.

6. Yang keenam ini dalah faedah yang paling besar di antara 20 sebab ini, yaitu tidak ada balasan kecuali sesuai perbuatan; memaafkan akan dibalas dengan dimaafkan. Dan memaafkan orang yang menzalimi akan dibalas oleh Allah dengan dimaafkan/diampuni dosa-dosanya.

7. Hendaknya dia tahu bahwa balas dendam akan membuatnya sibuk, waktunya akan habis untuk sesuatu yang tidak menguntungkan, sebaliknya akan kehilangan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan ini tentunya musibah yang lebih besar.

8. Balas dendam untuk diri, sesungguhnya dia sedang menolong nafsunya bukan Allah. Nabi sendiri, padahal mengganggu dirinya adalah sama dengan mengganggu Allah tapi beliau tidak pernah membela diri, yang beliau bela apabila hak Allah diganggu, lalu kita siapa dibandingkan Nabi?

9. Sabar saat dizalimi. Kita dalam berdakwah misalnya, tak ubahnya seperti orang yang berdagang, kita harus siap hujan panas, dalam berdakwah pasti akan mendapat rintangan termasuk dizalimi. Agar berhasil meraup keuntungan dalam berdakwah, tentu banyak-banyak memaafkan.

10. Hendaknya dia ingat bahwa dia bersama Allah jika dia bersabar saat dizalimi

11. Sabar disebut setengah keimanan dan syukur setengah yang lainnya. Jika dia bersabar saat dizalimi maka dia akan meraih setengah keimanan tersebut.

12. Hendaknya dia ingat ketika dia sabar saat dizalimi, dia bisa mengatur jiwanya, jiwanya akan takluk dengan sabar. Bukan sebaliknya dikuasai hawa nafsu yang membuatnya membalas lebih kejam.

13. Kalau dia bersabar saat dizalimi, Allah pasti akan menolongnya, kalau dia membalas untuk jiwanya, maka Allah serahkan kepada jiwanya. Sekarang pilih Allah atau jiwa?

14. Jika bersasabar saat dizalimi, Allah akan menjadikan orang yang menzalimi dibenci. Sebaliknya dia akan dicintai. Maka itu balaslah keburukan dengan kebaikan.

15. Balas dendam terhadap orang yang menzalimi kerap menambah parah keadaan. Sebaliknya memaafkan tak akan menuai resiko apapun.

16. Barangsiapa membiasakan balas dendam, akan kerap kembali terzalimi, karena tak ditolong Allah. Malah beresiko tinggi akan berbuat zalim pada orang lain.

17.  Kezaliman yang dialami akan menghapus dosanya dan mengangkat derajatnya.

18. Sesungguhnya kalau dia memaafkan saat dizalimi, dia telah memiliki kekuatan yang sangat besar, membuat musuhnya jadi terhina. Kenapa? Acapkali dizalimi, tak membuatnya sakit hati. Ia tetap tenang dengan segala aktivitasnya, malah berbalik berbuat baik. Tentu ini akan menyiksa batin musuhnya.

19. Kalau dia memaafkan musuhnya, jiwa musuhnya akan rendah, jiwa musuhnya akan kerdil. Sebaliknya dia aka berjiwa besar dan lapang dada.

20. Kalau dia berlapang dada, maka ini akan mendatangkan kebaikan dan kebaikan, demikiam seterusnya.

Intinya, tegas Ustadz. Firanda mengakhiri ceramahnya, tengoklah firman Allah:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

"Orang-orang yang senantiada berinfaq baik dalam keadaan senang maupun susah, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (Surat Al-Imran: 134).

(Intisari kajian 7 Syawwal 1436 H. bersama Ustadz Firanda Andirja, M.A hafizohullah di Masjid Al-Fauzan Bagik Nyake - Lombok Timur).


Semoga bermanfaat.

Bekasi,30 Robi'ul Akhir 1437 H.

Minggu, 05 Juli 2015

Abu Hurairoh: "Warisan Nabi"

Warisan Nabi

Sahabat yang mulia Abdurrohman Ad-Dausi atau lebih dikenal dengan nama Abu Hurairoh -Rodiallahu 'Anhu- sangat mencintai Ilmu untuk dirinya dan untuk orang lain.

Pada suatu hari beliau melewati sebuah pasar, beliau heran dengan kesibukan orang-orang dengan dunia dan temggelamnya mereka dalam berjual beli. Maka Abu Hurairoh pun bediri seraya menyeru mereka:

"Wahai manusia, apa yang menghalangi kalian..."

Kemudia mereka mengataka:

" menghalangi apa maksudmu wahai Abu Hurairoh...?

"Nabi lagi bagi-bagi warisan, kalian masih saja diaini? Tidakkah kalian pergi kesana untuk mengambil bagian-bagian kalian?" Jawabnya.

Mereka bertanya heran: "Dimana...?"

"Dimasjid" jawan Abu Hurairoh.

Kemudian mereka segera pergi kemasjid sedangkan Abu Hurairoh menunggu mereka sampai mereka kembali dari maajid. Lalu ketika mereka kembali ke pasar dimana Abu Hurairoh menunggu mereka mengatakan:

"Wahai Abu Hurairoh, kami telah datang kemasjid dan masuk kedalamnya tapi kami tidak melihat ada warisan lagi di bagi-bagi disana"

"Apakah kalian tidak menemukan oramg disana" kata Abu Hurairoh menimpali mereka

Merela menjawab: "Benar, kami menemukan orang-orang disana, ada yang lagi sholat, ada yang lagi baca Al-Qur'an, ada yang lagi membahas masalah halal-haram, dll.

Maka Abu Hurairoh memgatakan: "Celaka kalian, itulah warisan nabi"

(Dikutip dari kiab صور من حياة الصحابة halaman 482)



Jumat, 03 Juli 2015

Habib Ahmad Zein: Awas ! Syi’ah kalau Kalah Debat, Menuduh “Wahabi”.

Habib Ahmad Zein: Awas ! Syi’ah kalau Kalah Debat, Menuduh “Wahabi”.

“Saya yang jelas-jelas NU saja, karena anti terhadap Syi’ah mereka tuduh saya sebagai wahabi”, kata Habib Ahmad Bin Zein Al-Kaff dalam acara Multaqa Nasional Seruan Al-Haq di hotel Sahira Bogor april 2015 lalu.

Habib Ahmad Bin Zein Al-Kaff mengungkap jebakan Syi’ah bila kalah debat dengan membuat tuduhan Wahabi itu berdasarkan pengalaman dirinya saat membantah salah satu ustadz Syi’ah ber-marga “Shihab” yang mengatakan bahwa Rasulullah tidak dijamin masuk surga.

(lihat link ini http://www.nahimunkar.com/menyoal-lontaran-quraish-shihab-nabi-muhammad-saw-tidak-dijamin-masuk-surga/)

“Jadi ceritanya, syi’ah ini bikin opini bahwa yang menyesatkan Syi’ah itu hanya wahabi, saya nggak terima. Saya gak terima ahlus sunnah wal jama’ah di bumi Indonesia ini di obok-obok.

Begitu saya countre Syi’ah dengan yayasan Al-Bayyinat, mereka bikin isu bahwa saya ini susupan wahabi”, tutur Imam Besar Al-Bayyinat JawaTimur itu.

Habib Ahmad pernah menanggapi seorang oknum MUI bermarga shihab yang terlihat sangat membela Syi’ah.

Tanggapan itu berupa rekaman video yang pernah di uploaddi Youtube. Setelah itu, Habib Ahmad Bin Zein Al-Kaff banyak dituduh “Wahabi” oleh kalangan Syi’ah dan Liberal.

Propaganda Syi’ah itu menjadi cacatan tersendiri bagi Habib Ahmad, dan beliau berupaya terus untuk memperingatkan umat Islam tentang propaganda Syi’ah tersebut.

Menurutnya, banyak pihak yang dituduh wahabi karena anti terhadap Syi’ah.

Propaganda Syi’ah dengan cara menuduh “wahabi” terjadi apabila mereka kalah dalam argumentasi.

“Makanya hati-hati, ini propaganda dan adu domba Syi’ah.

Pokoknya ntah kalau ada kiai-kiai yang anti Syi’ah, langsung tuh di tuduh, “Awas, Itu kiyai fulan Wahabi”.

Kenapa begitu? karena mereka tidak bisa lawan dengan argumentasi. “, terang Habib Ahmad.

Menutup pembicaraan, Habib Ahmad mengatakan, “Wahabi itu ahlus sunnah, saudara kita. Kalau syi’ah bukan.

Kita di obok-obok oleh Syi’ah. Banyak habib dan cendikiawan muslim yang di cuci otaknya di Iran. Di tamasyakan ke Iran. Pulang-pulang omongannya sudah berubah, mereka sesat dan menyesatkan…dst”. [nahimunkar.com]