Antara
Musibah dan Cobaan
Pertanyaan: Bagaimana Cara
Membedakan Mana Ujian dan Mana Ketetapan Allah?
Jazakallahu Khoeron. Lyla (Bekasi)
Jawaban:
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله... والصلاة والسلام على رسول الله. وبعد
Semua manusia pasti akan menghadapi
ujian dari Allah. Ujian juga bermacam-macam, ada yang ringan, ada yang sedang
dan ada pula yang berat. Dan bobotnya ujian itu tergantung dengan kadar
keimanan seseorang. Secara umum ada dua jenis ujian yang diberikan oleh Allah
kepada manusia, yaitu musibah dan cobaan (ibtila`). Mari kita lihat uraian
singkat tentang masalah yang sangat bermanfaat ini, dan semoga yang sedikit ini
biasa memberikan pencerahan bagi penulis khususnya dan penanya serta kaum
muslimin secara umum.
Pertama: Cobaan (Ibtila’)
Ibtila` dalam bahasaa arab
diartikan sebagai ujian atau cobaan.
الٓمٓ ١ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن
يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢
Artinya:
Alif laam miimm, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi” (Al-‘Ankabut
Ayat: 1-2)
Ada beberapa sebab Allah memberikan
ujiaannya kepada manusia:
1.
Sebagai indicator siapa di antara mereka yang bersyukur atas
nikmatnya dan bersabar atas kesulitan yang menimpanya. Dengan ini maka bisa
diketahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling bagus amalannya. Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى
ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا ٧
7.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya,
agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”.
Al-Kahfi Ayat: 7)
Allah juga berfirman dalam Surat Muhammad,
وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ
حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ
أَخۡبَارَكُمۡ ٣١
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar
Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar
Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (Surat Muhammad Ayat: 31)
2.
Menghapus dosa.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
ما يزال البلاء بالمؤمن والمؤمنة في
نفسه وولده وماله حتى يلقى الله وما عليه خطيئة))))
“Setiap
cobaan yang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada diri mereka, anaknya, dan
hartanya sampai mereka berjumpa dengan Allah tanpa ada satupun dosa pada diri
mereka.”
Kedua: Musibah
Musibah sering diartikan sebagai
teguran dan peringatan. Kata ini biasa digunakan dalam kejadian-kejadian yang
mengandung unsur-unsur mala petaka, seperti bencana, kecelakaan, kerugian,
kehilangan, kematian, dll. Musibah adalah ketentuan Allah ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
أَيۡنَمَا تَكُونُواْ
يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ وَإِن
تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ
سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ
فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا ٧٨
Artinya: “Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi
lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini
adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:
"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun”. (Surat
An-Nisa` Ayat 78)
Sebab Turunnya Musibah
Meskipun musibah itu merupakan
ketentuan dari Allah, namun musibah itu terjadi disebabkan
karena kesalahan manusia itu sendiri yang berbuat kemaksiatan dan
kedurhakaan kepada Allah danRasul-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ
حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ
وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولٗاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا ٧٩
Artinya: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan
cukuplah Allah menjadi saksi”. (Surat An-Nisa` Ayat:79)
Allah ta’ala juga berfirman:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن
مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ ٣٠
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu
maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu”. (Surat Asy-Syuroo Ayat 30)
Begitu juga Firman Allah ta’ala:
فَأَصَابَهُمۡ سَئَِّاتُ
مَا كَسَبُواْۚ وَٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنۡ هَٰٓؤُلَآءِ سَيُصِيبُهُمۡ سَئَِّاتُ
مَا كَسَبُواْ وَمَا هُم بِمُعۡجِزِينَ ٥١
Artinya: “Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk
dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan
ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri”.
(Surat Az-Zumar Ayat 51)
Allah
ta’ala juga berfirman:
لَّا تَجۡعَلُواْ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ
بَيۡنَكُمۡ كَدُعَآءِ بَعۡضِكُم بَعۡضٗاۚ قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذٗاۚ فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ
أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٦٣
Artinya: “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul
diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).
Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di
antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang
pedih”. (Surat An-Nur Ayat 63)
Dan masih banyak lagi firman-firman
Allah yang lain yang menjelaskan tentang hal ini.
Tuntunan
Ketika Mendapatkan Musibah
Meskipun kita telah mengetahui tentang hal itu, kita tidaklah berpangku tangan
dan pasrah begitu saja. Namun, kita dituntut untuk selalu bersabar dan
senantiasa bertawakkal dalam menerima ketentuan Allah tersebut. Sebagaimana
ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم
بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ
وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ
صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧
Artinya: “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar
156. (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji´uun"
157. Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Surat Al-Baqoroh Ayat 155-157)
Yang dituntut adalah ketika kita menerima musibah ataupun ujian adalah menjaga
keimanan kita agar senantiasa tetap kokoh dan tidak luntur atau bahkan hilang,
sebagaimana yang terjadi dibanyak kalangan ummat islam yang imannya rapuh
ketika menerima ujian atau musibah. Simaklah firman Allah ta’ala:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن
يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ
وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ
ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ ١١
Artinya: “Dan di antara
manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia
memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh
suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat.
Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”. (Surat Al-Hajj Ayat 11)
Seorang mukmin dalam
menerima musibah hendaknya berprasangka baik kepada Allah, yang bias jadi hal
itu merupakan disegerakannya hukuman ia atas dosanya didunia sebagai ganti
hukuman yang lebih berat diakhirat kelak.
Simaklah sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم berikut:
((إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة
في الدنيا وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة))
Arinya: “Jika Allah menginginkan
kebaikan untuk hamba-Nya maka Dia akan menyegerakan hukuman baginya di dunia.
Apabila Allah menginginkan kejelekan untuk hamba-Nya maka Dia akan menunda
hukuman akibat dosanya hingga ditunaikan pada hari kiamat.” (HR. Tirmizi)
Perbedaan
Antara Musibah Dan Ibtila`
Ada
beberapa perbedaan antara ibtila` dan musibah, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Musibah
biasanya berupa sesuatu yang tidak disukai dan tidak mengenakkan. Adapun
ibtila` itu dapat berbentuk kejelekan dan sesuatu yang tidak disukai, tetapi
juga bisa berbentuk sesuatu yang bagus menurut pandangan manusia berupa
kenikmatan dan kesenangan.
Berikut
beberapa dalil yang menjelaskan hal ini.
Allah
ta’ala berfirman:
كُلُّ
نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ
وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٣٥
Artinya: “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan”. (Surat Al-Anbiyaa Ayat 35)
Allah
ta’ala juga Firman:
وَقَطَّعۡنَٰهُمۡ
فِي ٱلۡأَرۡضِ أُمَمٗاۖ مِّنۡهُمُ ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنۡهُمۡ دُونَ ذَٰلِكَۖ
وَبَلَوۡنَٰهُم بِٱلۡحَسَنَٰتِ وَٱلسَّئَِّاتِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ١٦٨
Artinya: “Dan Kami
bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba
mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar
mereka kembali (kepada kebenaran)”. (Surat Al-A’rof Ayat 168)
Allah
juga berfirman:
فَأَمَّا
ٱلۡإِنسَٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكۡرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ
رَبِّيٓ أَكۡرَمَنِ ١٥ وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ
رِزۡقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَهَٰنَنِ ١٦
Artinya: “Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku"
Adapun bila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku
menghinakanku". (Surat Al-Fajr Ayat 15-16)
Terkadang ibtila` juga bisa dikatakan sebagai
musibah, terutama bila ibtila` itu berbentuk sesuatu yang tidak disukai oleh
tabiat manusia. Sebagaimana di jelaskan dalam firmanNya:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم
بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ
وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ
صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧
Artinya: “Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun". Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Surat Al-Baqoroh Ayat
155-157)
Begitu
pula dengan kisah Nabi Ibrahim صلى الله عليه وسلم yang diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala
dengan memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya. Allah menyebutkan sebagai
suatu ujian. Allah berfirman:
إِنَّ
هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata”. (Surat As-Shoffaat Ayat
106)
2. Musibah
biasanya terjadi disebabkan karena kedurhakaan atau kemaksiatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap Allah ta’ala. Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal ini
telah kami terangkan pada bagian awal dari tulisan ini. Adapun ibtila` tidak
mesti disebabkan oleh adanya suatu kemaksiatan.
Secara
ringkas musibah lebih identik dengan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan ibtila` lebih identik dengan ujian dan cobaan, baik berupa sesuatu
yang jelek ataupun berupa suatu kenikmatan.
3.
Terkadang ibtila` itu merupakan wujud kecintaan Allah ta’ala kepada
hamba-hambaNya yang dicintai-Nya. Berbeda dengan musibah, terkadang ia
merupakan perwujudan dari kemarahan dan hukuman dari Allah . Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjelaskan:
((إن عظم الجزاء مع عظم
البلاء وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط))
Artinya:
Sejatinya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah
bila mencintai suatu kaum akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha (dengan
cobaan itu) maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah dan barangsiapa yang
marah maka dia akan mendapatkan kemarahan Allah.” (HR. Tirmidzi)
Sikap
Seorang Mu’min Tatkala Mendapatkan Ujian
Kehidupan
didunia ini penuh dengan ujian dan cobaan, baik berupa kesenangan maupun
kesusahan, sesuatu yang kita sukai maupun yang kita benci, itu sumua adlah
ujian dari Allah. Seorang mu’min harus menyadaaari hal itu, semuanya kelak akan
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah ta’ala.
Rasulullah صلى الله
عليه وسلم bersabda:
((لا تزول قدم ابن آدم يوم
القيامة من عند ربه حتى يسئل عن خمس عن عمره فيم أفناه وعن شبابه فيم أبلاه وماله
من أين اكتسبه وفيم أنفقه وماذا عمل فيما علم))
“Tidaklah
bergerak kaki anak Adam pada hari kiamat di sisi Rabbnya hingga ditanya tentang
lima perkara: tentang umurnya: untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya:
untuk apa dia habiskan, tentang hartanya: dari mana dia mendapatkan dan untuk
apa dia belanjakan, dan apa yang sudah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. Tirmizi)
Allah
ta’ala berfirman:
لَتُبۡلَوُنَّ
فِيٓ أَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ وَلَتَسۡمَعُنَّ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ
مِن قَبۡلِكُمۡ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُوٓاْ أَذٗى كَثِيرٗاۚ وَإِن تَصۡبِرُواْ
وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ ١٨٦
Artinya:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (Surat Ali-‘Imron Ayat
186)
Itulah
diantara tuntunan dan renungan sikap seorang mukmin dalam menghadapi ujian dari
Allah. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Aamiin. Allahu a’lam
Dijawab
oleh Al-Faqir Ilallah Muhamad Fajri bin Muhammad Zaini Hafizohullah
Bekasi,
14 Robi’ul Akhir 1437 H