Pertanyaan: Saya melamar seorang akhwat untuk menikah, tapi qoddarullah dia menolak saya, padahal saya sangat menyukainya. Apa yang harus saya lakukan? Fulan (Bekasi)
Jawab:
Bismillah, wassolatu wassalamu'ala rasulullah wa ba'du.
Saudaraku, semoga Allah memudahkan urusan kita semua.
Cinta merupakan anugerah dari Allah ta'ala yang diberikan kepada hambaNya. Cinta semata-mata pemberian dari Allah ta'ala yang tidak bisa dipaksakan, karena sebagaimana keras kita paksakan tidak akan pernah berhasil jika Allah memang tidak Menghendakinya.
Saudaraku, memang tidak semua rumah tangga harus dibangun atas dasar cinta (sebagaimana atsar dari Umar bin Khottob rodiallahu 'anhu). Namun perlu kita pertimbangkan perasaan sang akhwat, jika dipaksakan akan menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan maka ana nasihatkan beberapa nasihat berikut:
1. BERSABAR DAN BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH
Sabar merupakan sifat seorang mukmin sejati, dengan sabar hati akan lapang, dengan sabar hati akan tenang, dengan sabar hati akan dengan mudah menerima takdir Allah ta'ala. Kita yakini bahwa semua yang terjadi merupakan takdir Allah ta'ala yang telah kita iqrarkan sebelum kita dilahirkan kedunia ini.
Karena boleh jadi suatu hal yang kita anggap baik itu merupakan bencana bagi kita, maka dari itu kita serahkan semua perkara kita kepada Allah ta'ala yang Maha Adil dan Bijaksana.
2. BERSYUKUR
Syukur juga merupakan sifat seorang mukmin sejati, jika lamaran kita ditolak misalkan, kita bersyukur karena boleh jadi si dia bukanlah yang terbaik buat kita dan bisa jadi Allah telah menyiapkan pasangan yang lebih sholehah da lebih sempurna dari si dia.
3. BERDO'A
Ketiga perbanyaklah berdo'a kepada Allah agar Allah memudahkan urusan kita dalam segala hal, termasuk dalam pernikahan. Jangan pernah lupakan Allah dalam setiap urusan kita baik yang sepele maupun besar. Berdo'a lah buat si dia semoga mendapatkan suami yang lebih baik dari kita.
Ingatlah saudaraku, jika dia memang jodoh mu maka PASTI dia akan menjadi jodoh anda bagaimanapun lika-liku yang akan anda alami nantinya.
Mungkin ini sekedar nasihat singkat buat saudaraku, semoga yag sedikit ini bermanfaat bagi penulis, penanya dan pembaca sekalian. Aamiin. Allahu a'lam
Oleh: Muhamad Fajri Hafizohullah
Garut, Perjalanan pulang dari kawah panas cipaganti.
21 Robi'ul Akhir 1437 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar