Sabtu, 21 Februari 2015

Memcela Adalah Aqidah Syi'ah

Aqidah Syi'ah Mencela Sahabat = Mencela Qur'an = Mencela Hadits = Mencela Allah = Mencela Nabi = Mencela Ahlul Bait

Mencela, melaknat dan mengkafirkan para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ibadah yang sangat mulia di sisi kaum yang beragama Syi'ah. Kalau dahulu mereka bertaqiyah (baca berdusta) menyembunyikan aqidah busuk mereka terhadap para sahabat, akan tetapi kebusukan mereka itu terungkap juga, bahkan mulai banyak dari tokoh-tokoh mereka yang terang-terangan mencaci maki dan melaknat para sahabat, (silahkan baca kembali http://www.firanda.com/index.php/artikel/30-sekte-sesat/65-bau-busuk-syiah-akhirnya-tercium-juga, lihat juga tulisan al-akh al-kariim al-Ustadz Abul Jauzaa' di http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/01/syiah-itu-sesat-juragan-sebuah-masukan.html)
'Aaamir bin Syarahbil As-Sya'bi rahimahullah (salah seorang imam dari para tabi'in yang bertemu dengan sekitar 500 sahabat, dan beliau wafat tahun 103 H) berkata:

وَفَضُلَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى عَلَى الرَّافِضَةِ بِخَصْلَتَيْنِ : سُئِلَتِ الْيَهُوْدُ مَنْ خَيْرُ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوا : أَصْحَابُ مَوْسَى، وَسُئِلَتِ الرَّافِضَةُ : مَنْ شَرُّ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ، وَسُئِلَتِ النَّصَارَى : مَنْ خَيْرُ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : حَوَارِيُّ عِيسَى، وَسُئِلَتِ الرَّافِضَةُ : مَنْ شَرُّ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : حَوَارِيُّ مُحَمَّدٍ، أُمِرُوا بِالاِسْتِغْفَارِ لَهُمْ فَسَبُّوْهُمْ

"Kaum Yahudi dan Nashoro lebih mulia dari pada kaum syi'ah dari dua sisi. (*Pertama :) Kaum yahudi ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka menjawab, "Para sahabat Musa". Dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah kaum terburuk dari umat kalian?", mereka menjawab, "Para sahabat Muhammad". Dan kaum Nashooro ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka menjawab, "Para pengikut setia 'Isa", dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah dari umat kalian yang terburuk?", mereka menjawab, "Para pengikut (sahabat) setia Muhammad".(*Kedua :) Mereka (kaum Rofidhoh) diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi para sahabat malah mereka mencela para sahabat" (*berbeda dengan kaum yahudi dan nashoro yang malah memuji dan mendoakan para sahabat Musa dan sahabat Isa-pent) (Syarh Ushuul I'tiqood Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah, karya Al-Laalikaai hal 1462-1463, dinukil juga oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya pada tafsir surat Al-Hasyr ayat 10)
Asy-Sya'bi mengisyaratkan firman Allah
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (١٠)

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (QS Al-Hasyr : 10).

Sesungguhnya konsekuensi dari mencela dan melaknat para sahabat serta meyakini bahwa mayoritas mereka telah kafir sangatlah berbahaya, diantaranya:

PERTAMA : Melazimkan timbulnya keraguan terhadap Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena para sahabatlah yang telah meriwayatkan kepada kita Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Jika ternyata para perawinya adalah orang-orang fasik, terlaknat, bahkan murtad maka tentunya sangat diragukan kebenaran apa yang mereka riwayatkan, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Karenanya mereka berkeyakinan bahwa telah terjadi penyimpangan dalam Al-Qur'an, diselewengkan oleh para sahabat !!!

KEDUA :  Keyakinan ini melazimkan bahwa umat ini adalah umat yang terburuk yang Allah keluarkan bagi manusia. Karena nenek moyang mereka (yaitu para sahabat) adalah orang-orang murtad, sehingga kita sekarang telah mengambil agama kita dari ajaran kaum murtad. Padahal Allah telah berfirman tentang para sahabat :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia" (Qs Ali Imron : 110)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menekankan hal ini dalam sabdanya;

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat)" (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

KETIGA : Konsekuensi dari keyakinan busuk ini adalah mencela Allah. Karena keyakinan kafirnya mayoritas para sahabat mengandung tiga kemungkinan.

Pertama : Allah adalah Jahil, sehingga memuji para sahabat dengan pujian yang luar biasa dalam Al-Qur'an yang akan dibaca oleh kaum muslimin hingga hari kiamat kelak, padahal mereka para sahabat akan murtad. Namun Allah tidak mengetahui akan kemurtadan mereka sehingga memuji para sahabat.

Kedua : Allah telah mengetahui bahwasanya para sahabat akan murtad, akan tetapi Allah tetap saja memuji mereka. Ini menunjukan Allah telah melakukan perkara yang sia-sia tanpa faedah. Apa faedah Allah memuji suatu kaum yang akan murtad??

Ketiga : Jika Allah telah mengetahui para sahabat akan murtad lantas tetap memuji mereka bukankah ini berarti Allah menghendaki hamba-hambanya sesat sebagaimana para sahabat??!!

KEEMPAT : Keyakinan busuk ini juga mencela hikmah Allah yang telah memilih kaum yang akan murtad menjadi para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Nabi menikah dengan Aisyah putri Abu Bakar dan juga Hafsoh putri Umar bin Al-Khotthoob. Serta Nabi menikahkan kedua putrinya (Ruqoyyah dan Ummu Kaltsuum) dengan Utsmaan bin 'Affaan. Bagaimana bisa kok Allah menjadikan para sahabat, para penolong Nabi dan juga sebagai keluarga Nabi dari kaum yang akan murtad??!!

KELIMA : Keyakinan busuk ini melazimkan pencelaan terhadap syari'at Islam. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah berjuang dengan keras selama 23 tahun untuk mendidik para sahabat agar menjadi masyarakat tauladan. Akan tetapi kaum syi'ah rofidhoh menyatakan bahwa perjuangan Nabi untuk mentarbiah para sahabatnya selama kurang lebih 23 tahun adalah perjuangan yang sia-sia. Tidak ada yang berhasil Nabi didik kecuali sekitar 4 orang atau kurang dari 10 orang. Adapun ratusan para sahabat yang lain semuanya langsung murtad begitu wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Hal ini melazimkan perkara yang sangat fatal, yaitu timbulnya keputusasaan untuk membina umat manusia dengan syari'at Islam. Jika syari'at yang dibawa bahkan dipraktekan oleh manusia terbaik (yaitu Nabi) dengan bentuk praktek tarbiyah/mendidik yang terbaik dengan waktu yang puluhan tahun itupun tidak bisa mendidik dan menciptakan suatu generasi yang sholeh…bahkan menimbulkan generasi yang murtad…??!! ini menunjukkan bahwa manhaj/syari'at Islam tidak mampu untuk mentarbiyah/mendidik umat manusia.

KEENAM : Hal ini juga menimbulnya keraguan akan kenabian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena jika sang pembawa Risalah dengan bimbingan Allah dalam waktu yang lama tidak mampu mendidik suatu kaum maka sangatlah diragukan kenabiannya.

Kalau memang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam benar dalam pengakuannya sebagai Nabi tentunya dakwahnya akan memberikan pengaruh kepada masyarakat/kaum yang ia dakwahi. Tentunya kaum yang dia dakwahi akan menerima dakwahnya dengan sepenuh hati. Akan tetapi kenyataannya malah mereka menjadi murtad??, masyarakat yang ia dakwahi tidak bisa mengambil manfaat darinya. Lantas bagaimana mungkin ia diutus sebagai rahmatan lil 'aalamiin (rahmat bagi seluruh alam)??!! (silahkan rujuk risalah I'tiqood Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fi As-Shohaabah karya DR Al-Wuhaibi, hal 42-45)

Imam Malik berkata

إنما هؤلاءِ أقوامٌ أرادوا القدحَ في النبيِّ صلى الله عليه وسلم فلَمْ يُمكنهم ذلك , فقدَحُوا في أصحابه حتى يُقال : رجلُ سوءٍ ، ولو كانَ رجلاً صالحاً لكانَ أصحابهُ صالحين

"Sesungguhnya mereka adalah kaum yang ingin mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi hal itu tidak memungkinkan mereka, maka merekapun mencela para sahabat Nabi, agar dikatakan : Muhammad adalah seorang lelaki yang buruk, kalau seandainya ia adalah seorang lelaki yang sholeh tentunya para sahabatnya juga kaum yang sholeh" (Risaalah fi sabb As-Shohaabah hal 47)

KETUJUH : Tatkala kaum agama Syi'ah Roofidoh mengkafirkan Ummul Mukminin Aisyah, bahkan menyatakannya sebagai wanita pezina maka hal ini sesungguhnya merupakan celaan keras bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai sang suami. Allah telah berfirman

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٢٦)

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)" (QS An-Nuur : 26)

Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa wanita-wanita keji (pezina) hanyalah buat para lelaki pezina pula. Menuduh Aisyah sebagai wanita kafir bahkan pezina sangatlah menyakitkan hati Rasulullah sebagai seorang suami. Bahkan terkadang lebih menyakitkan bagi seorang suami jika istrinya dikatakan pezina daripada dirinya sendiri yang dituduh berzina, karena hal ini melazimkan bahwasanya seorang suami telah rela dan betah tinggal bahkan seranjang dengan seorang pezina !!!.

Karenanya tatkala terjadi peristiwa al-ifk (yaitu dituduhnya Aisyah berzina dengan Shofwan bin Mu'atthol As-Sulami) maka Nabipun sangat tersakiti, sampai-sampai beliaupun mengeluhkan hal tersebut kepada para sahabat. Beliau berkata:

مَنْ يَعْذُرُنِي مِنْ رَجُلٍ قَدْ بَلَغَنِي أَذَاهُ فِي أَهْل بَيْتِي؟

"Siapakah yang menolongku untuk membalas yang telah menyakiti ahli baiti (istriku)?" (HR Al-Bukhari no 4750 dan Muslim no 2770, lihat syarah hadits ini di Fathul Baari 8/470)

Maka berkatalah Sa'ad bin Mu'aadz radhiallahu 'anhu pun berdiri dan berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ : أَنَا وَاللهِ أَعْذُرُكَ مِنْهُ إِنْ كَانَ مِنَ الأَوْسِ ضَرَبْنَا عُنُقَهُ وَإِنْ كَانَ مِنْ إِخْوَانِنَا مِنَ الْخَزْرَجِ أَمَرْتَنَا فَفَعَلْنَا فِيْهِ أَمْرَكَ

"Wahai Rasulullah, demi Allah saya yang akan menolongmu terhadap orang tersebut, jika dia dari suku Al-Aus maka kami akan memenggal lehernya, dan jika ia berasal dari saudara-saudara kami suku Al-Kozroj maka silahkan perintahkan kepada kami apa yang harus kami lakukan padanya maka kami akan menjalankan perintahmu"

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengingkari perkataan S'ad bin Mu'adz yang sangat menggebu-gebu ini.

KEDELAPAN : Mengkafirkan para sahabat mulia seperti Abu Bakar dan Umar sesungguhnya merupakan celaan kepada Ali Bin Abi Thoolih radhiallahu 'anhu. Hal ini nampak dari beberapa sisi :

Pertama : Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu menamakan beberapa putranya dengan nama-nama sahabat, yang menunjukkan kecintaan Ali kepada mereka.

Nama merupakan perkara yang penting, karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan sebagian sahabat untuk merubah nama-nama mereka yang mengandung makna yang buruk. Terlebih lagi nama seorang anak sangatlah bermakna bagi orang tuanya. Orang tua akan berusaha memilihkan nama yang baik bagi anaknya. Bahkan dari nama seorang anak kita akan tahu pola berfikir atau aliran yang dianut oleh sang ayah, karena kerap kali sang ayah memberi nama anaknya dengan nama tokoh yang ia kagumi. Jika sang ayah sedang gandrung pada seorang artis maka iapun menamakan anaknya dengan nama artis tersebut, jika sang ayah sedang gandrung dan kagum dengan salah seorang tokoh agama maka iapun menamakan sang anak dengan nama tokoh tersebut. Tidak ada sejarahnya seorang ayah menamakan anaknya dengan nama tokoh yang ia benci dan ia laknati. Karenanya tidak seorangpun dari Yahudi dan Nasrani yang menamakan anaknya dengan nama Muhammad, karena kebencian mereka kepada Muhammad. Dan tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang menamakan anaknya dengan nama Abu Jahl, atau Abu Lahab, atau Fir'aun…karena kebencian kaum muslimin kepada mereka.

Ternyata….Ali bin Abi Thoolib radhiallahu 'anhu memiliki anak-anak yang bernama Abu Bakar bin Ali, Umar bin Ali, dan Utsman bin Ali, hal ini tentunya karena begitu cintanya beliau kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman maka. Ketiga putra beliau tersebut termasuk orang-orang yang meninggal tatkala peristiwa karbala bersama saudara mereka yang terbunuh Al-Husain bin Ali radhiallahu 'anhumaa.

Demikian pula ternyata Al-Hasan bin Ali telah menamakan sebagian anak-anaknya dengan nama Abu Bakr, Umar, dan Tolhah. Yang ketiga putranya tersebut juga terbunuh dalam peristiwa karbala.

Demikian pula halnya dengan Al-Husain beliau memiliki seorang putra yang bernama Umar.

Demikian pula halnya dengan Ali bin Al-Husain bin Ali telah menamakan putrinya dengan nama Aisyah, serta menamakan salah seorang putranya dengan nama Umar !!! 

Kedua : Ali menikahkan putrinya Ummu Kaltsum dengan Umar bin Al-Khottoob, maka apakah Ali menikahkan putrinya dengan seorang toghuut…sungguh ini merupakan perbuatan seorang ayah yang tidak tahu diri bahkan menjerumuskan putrinya pada kesesatan bahkan kekafiran !!!.

Jika kita memiliki seorang putri maka apakah kita akan rela menikahkannya untuk hidup bersama bahkan seranjang dengan seorang fasiq dan mujrim??, apalagi dengan seorang kafir yang mujrim??!!. Lantas jika Umar bin Al-Khottoob adalah seorang kafir murtad yang mujrim maka kenapa begitu teganya Ali menikahkan putrinya dengan Umar??!!. Bukankah Ali mengetahui bahwa tidak boleh seorang wanita muslimah menikah dengan seorang lelaki dari Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani)??, apalagi dengan seorang lelaki yang murtad ??!!! Ataukah Ali menikahkan putrinya karena takut kepada Umar?? Ini merupakan celaan terhadap keberanian Ali yang sangat masyhuur. (Lihat pembahasan tentang dua poin di atas yang telah diakui oleh para ulama syi'ah sendiri dalam risalah Ruhamaa'u Bainahum karya Sholeh bin Abdillah Ad-Darwiisy)

Ketiga : Ali sangatlah terkenal pemberani…, lantas bagaimana bisa beliau selama berpuluh-puluh tahun (sejak masa pemerintahan Abu Bakar hingga berakhir pemerintahan Utsman bin 'Affaan) hanyalah berdiam diri, tidak menjelaskan kepada umat bahwasanya beliaulah yang berhak yang menjadi khalifah setelah wafatnya Nabi !!!, kenapa beliau pula tidak berani berucap satu patah katapun untuk menjelaskan kepada umat bahwasanya Abu Bakar, Umar, dan Utsman adalah orang-orang kafir !!!, kenapa beliau berdiam diri membiarkan kaum muslimin dipimpin oleh orang-orang kafir??!!, sungguh ini benar-benar menunjukkan sikap pengecut yang luar biasa pada diri Ali !!!.

Keempat : Bahkan Ali akhirnya membaiat Abu Bakar radhiallahu 'anhu. Jika memang Abu Bakar kafir maka tentunya sikap Ali adalah pengkhianatan dan penipuan terhadap umat karena ia telah membaiat seorang kafir !!!

KESEMBILAN : Jika Mu'aawiyah adalah kafir (bahkan termasuk manusia yang paling kafir menurut syi'ah) maka sikap Al-Hasan yang menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Mu'aawiyah yang kafir merupakan bentuk pengkhianatan terbesar dalam sejarah terhadap Islam dan kaum muslimin. Maka ini jelas pencelaan yang besar kepada Al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhumaa.

KESEPULUH : Karena kebencian Syiah dan pengkafiran mereka kepada Utsaman bin Afaan maka sebagian ulama besar syi'ah mengingkari bahwa kedua istri Utsman (Ruqooyah dan Ummu Kultsuum) adalah putri-putri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka mengatakan bahwa Ummu Kaltsuum dan Ruqoyyah adalah putri-putri Khodijah dari suami sebelum menikah dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan sebagian ulama syi'ah meragukan adanya dua putri Nabi yang bernama Ruqoyyah dan ummu Kaltsuum. Semua ini akibat kebencian dan pengkafiran mereka terhadap Utsman bin 'Affaan sehingga akhirnya mereka mencela Ahlul Bait putri-putri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Untuk melihat nukilan-nukilan perkataan para ulama syi'ah silahkan melihat kitab Al-Aqidah fi Ahlil Bait, karya DR Sulaiman As-Suhaimi, 2/527-530)

PENUTUP :

Wahai kaum syi'ah…renungkanlah…apakah para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar yang :

-         Telah rela hidup susah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan penuh intimidasi dari kaum kufar Quraisy tatkala mereka di Mekah…

-         Telah rela mengorbankan seluruh hartanya…

-         Telah rela meninggalkan kampung halamannya…

-         Abu Bakar telah rela menemani perjalanan hijroh Nabi yang terancam dengan kematian…

-         Telah rela ikut berperang dalam banyak peperangan demi untuk membela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…

Namun begitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dan mereka telah hidup di masa kejayaan Islam lantas kemudian mereka murtad???.

_____
Penulis: UstadzAbu Abdilmuhsin Firanda Andirja, MA. Hafizohullah
Di www.firanda.com

Bau Busuk Syi'ah Akhirnya Tercium Juga

au Busuk Syiah Akhirnya Tercium Juga

Pepatah kita mengatakan : "Sepandai-pandainya menutup barang busuk akhirnya tercium juga"
Seorang penyair Arab berkata :

ومَهما تكُنْ عندَ امرىء ٍ من خليقةٍ  وإنْ خالَها تَخفَى على النّاسِ تُعلَمِ
"Bagaimanapun perangai buruk seseorang meskipun ia menyangka perangainya tersebut tidak nampak oleh manusia maka akan terbongkar juga" (Diwan Zuhair bin Abi Salma hal 6)

"Aku bersumpah demi Allah Aisyah sekarang di neraka !!!", "Aisyah wanita pezina…!!!", "Saat ini Aisyah diadzab di neraka, dimasukkan ke dalam tannur dalam tergantung dengan kaki yang terikat…!!!", "Sekarang Aisyah di neraka sedang makan daging bangkai…!!!", "Semoga Allah melaknat Aisyah dan ayahnya…!!!" Demikialah kata-kata kotor yang keluar dari mulut seorang syaikh Syiah yang bernama Yasir Al-Habiib dalam acara perayaan kematian Aisyah bulan Ramadan yang lalu (tahun 1431 H atau 2010 M). Bahkan ia berkata, "Maka hari ini kita bersyukur kepada Allah, karena dengan matinya Aisyah telah memindahkan Aisyah dari bumi ke dalam adzab di neraka…!!!. Semua vonis-vonis kotor tersebut dilontarkannya dalam satu pengajian yang berdurasi sekitar setengah jam. Bahkan di akhir pengajian ia mengajak para hadirin tatkala pulang ke rumah masing-masing untuk sholat dua rakaat sebagai tanda syukur kepada Allah atas wafatnya Aisyah dan menjadikan sholat dua rakaat tersebut sebagai wasilah untuk berdoa kepada Allah maka niscaya hajat mereka akan dikabulkan oleh Allah. (lihat video ceramah ini di (http://www.youtube.com/watch?v=KY7ax6k3q6w&feature=player_embedded)

Bagaimanapun syi'ah berusaha untuk bertaqiyyah dan menyembunyikan aqidah busuk mereka akhirnya ada diantara mereka yang terang-terangan untuk mengungkap kebencian mereka yang terpendam kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan kepada istri Nabi Ummul Mukminin Aisyah binti Abi Bakr –radhiallahu 'anhuma-.

Setelah sekian lama banyak kaum muslimin yang terpedaya dengan tipuan orang-orang Syia'h maka semoga dengan kejadian ini bisa membuka mata mereka dan sadar bahwasanya selama ini mereka hanyalah terpedaya oleh tipuan dan taqiyyahnya orang-orang Syi'ah.
Bagi orang yang biasa menelaah buku-buku pegangan karangan para ulama Syi'ah maka cacian dan makian seperti di atas merupakan hal yang biasa dalam buku-buku mereka. Akan tetapi sebagian kaum muslimin masih berbaik sangka terhadap mereka dengan berdalih, "Syi'ah yang dulu tidak seperti syi'ah yang sekarang. Syi'ah yang mengkafirkan para sahabat adalah syi'ah zaman dulu, adapun sekarang mereka lebih moderat".
Anggapan seperti ini adalah anggapan orang yang tidak tahu fiqhul waqi' (kondisi kenyataan sekarang), maka pernyataan Yasir Al-Habib diatas membantah dengan jelas persangkaan yang keliru ini.

Oleh karenanya kejadian ini merupakan peringatan keras kepada sebagian harokah dakwah yang semangat mempersatukan kaum muslimin dengan mengorbankan aqidah tauhid mereka…
Slogan mereka : Kita saling toleransi dalam hal-hal yang saling khilaf diantara kita…
Slogan yang manis akan tetapi hakekatnya sangatlah pahit…
Dakwah tauhid mereka tinggalkan…
Bahkan mereka memusuhi orang-orang yang menyeru kepada tauhid…
Bahkan mereka berangan-angan untuk menyatukan Ahlus Sunnah dengan Syi'ah…
Bagaimana Sunnah dan Syi'ah bisa bersatu..??!!,
Apakah kita rela Abu Bakar dan Umar dikafirkan…???
Apakah kita ridho dengan hari bergembira mereka tatkala menyambut kematian Umar bin Al-Khottob??!!
Apakah kita ridho mereka mengagungkan Abu Lu'lu Al-Majusi pembunuh Umar, hingga kuburannya ditinggikan dan diziarohi terus menerus…???!!, bahkan sang pembunuh yang beragama majusi ini dijuluki sang pemberani?
(lihat : http://www.saowt.com/forum/showthread.php?t=34176)
Apakah kita rela Ibu kita Aisyah dikatakan pezina…??
Apakah kita rela Ibu kita divonis masuk neraka jahannam dalam kondisi yang mengenaskan…???
Apakah kita mau bersatu dengan syi'ah yang memiliki ka'bah di Karbalaa'? (lihat http://www.slalah.com/t12102.html)
Apakah kita mau bersatu dengan syi'ah yang meyakini bahwa karbala lebih suci dari pada kota Mekah dan kota Madinah??!! (http://www.youtube.com/watch?v=E-sUJ1oswbg&feature=related)
Belum lagi fatwa-fatwa aneh mereka yang berhubungan dengan masalah jimak, diantaranya :
-    Bolehnya berhubungan lewat dubur (http://www.youtube.com/watch?v=Kf9o7uDZ7Cs&feature=related)
-    Bolehnya berjimak dengan hewan (http://www.forsanelhaq.com/showthread.php?t=122064)
-    Bolehnya nikah kontrak secara berjama'ah??? (http://forums.ibb7.com/ibb28454.html)
-    Bolehnya mut'ah dengan anak yang masih menyusui??!! (http://www.sudanforum.net/showthread.php?t=51310)
Apakah kita mau mengorbankan aqidah kita sehingga toleransi dengan aqidah Syia'h yang busuk ini…???!!!

_____

Disusun oleh: Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja

Artikel: www.firanda.com

Jumat, 20 Februari 2015

Menggapai Keridhoan Allah

Menggapai Keridhoan Allah

Khutbah Jumat Mesjid Nabawi 1/5/1436 H – 20/2/2015

Oleh : Asy-Syaikh Abdul Bari Ats-Tsubaity hafizohullah

Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah, amma ba'adu :

          Meraih keridhoan Allah ta'ala adalah tujuan tertinggi dan teragung, bahkan ia merupakan tujuan para penghuni surga. Allah berfirman :

وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS At-Taubah : 72)

Maka tidak ada yang lebih dicintai dan lebih mulia serta lebih besar dari keridhoan Allah. Bahkan meraih keridhoan Allah adalah impian yang mulia, yang karenanya mata orang-orang yang khosyah menangis, hati-hati kaum sholihin bersiap-siap untuk meraihnya, serta kaki-kaki bengkak dan pecah karena sholat di kegelapan malam.

Keridhoan ini dijadikan oleh Allah lebih dari surga, sebagai tambahan atas karunia surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

إنَّ الله - عز وجل - يَقُولُ لأَهْلِ الجَنَّةِ : يَا أهْلَ الجَنَّةِ ، فَيقولُونَ : لَبَّيكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ ، فَيقُولُ : هَلْ رَضِيتُم ؟ فَيقُولُونَ : وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى يَا رَبَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أحداً مِنْ خَلْقِكَ ، فَيقُولُ : ألاَ أُعْطِيكُمْ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُونَ : وَأيُّ شَيءٍ أفْضَلُ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُ : أُحِلُّ عَلَيكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبَداً

"Sesungguhnya Allah azza wa jalla berkata kepada penghuni surga, "Wahai penghuni surga..", mereka berkata, "Kami memenuhi panggilanMu, kami menta'atiMu". Allah berkata, "Apakah kalian ridho (puas)?", maka mereka berkata, "Kenapa kami tidak ridho (puas) sementara Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari ciptaanMu". Maka Allah berkata, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih baik dari ini?". Mereka berkata, "Apakah yang lebih baik dari ini?". Allah berkata, "Aku telah menurunkan kepada kalian keridhoanKu, maka Aku tidak akan marah kepada kalian setelah ini selama-lamanya" (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Mencari keridhoan Allah adalah poros kehidupan para Nabi dan kaum sholihin. Musa 'alaihis salam bersegera menuju keridhoan Allah, beliau berkata :

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

"Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)". (QS Thoha : 84)

Nabi Sulaiman bersyukur kepada Robnya dengan beramal dalam mengharapkan keridhoanNya. Ia berkata

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (QS An-Naml : 19)

Dan kita melihat adab yang tinggi ini dari pemilik adab yang agung yaitu Rasul kita shallallahu 'alaihi wasallam, dimana beliau beradab –dalam berucap- kepada Robnya tatkala bersedih karena mengharap keridhoanNya tatkala Ibrahim putra beliau wafat. Beliau berkata :

تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلاَ نَقُوْلُ إِلاَّ مَا يُرْضِي رَبَّنَا وإِنَّا بِكَ يَا إِبْرَاهِيْمُ لَمَحْزُوْنُوْنَ

"Mata menangis, hati bersedih, dan kami tidaklah mengucapkan kecuali yang mendatangkan keridhoan Rob kami, dan sungguh kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim" (HR Muslim)

Tujuan yang tertinggi di sisi Rasul kita shallallahu 'alaihi wasallam adalah meraih keridhoan Allah, dan kehidupan beliau berporos kepada mencari keridhoan Allah. Beliau memohon kepada Allah agar Allah memberi petunjuk kepadanya untuk melakukan amalan.

___
Penerjemah: Ustadz Firanda Andirja, MA
http://firanda.com/index.php/artikel/khutbah-jum-at-masjid-nabawi-terjemahan/877-menggapai-keridhoan-allah

Neo Kanibal !!

Neo Kanibal !!

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS Al-Hujurot : 12)

Penggibah disamakan dengan pemakan bangkai mayat saudaranya karena :

1) Mayat ruhnya tidak hadir, sebagaimana yang dighibah juga tidak hadir tatkala dighibahi

2) Mayat tidak bisa membela diri tatkala dicincang dagingnya untuk dimakan, sebagaimana orang yang dighibah juga tidak bisa membela dirinya tatkala dia digibahi, karena ia tidak menghadiri majelis ghibah tersebut

3) Mayat tatkala dimakan jasadnya terkoyak, sebagaimana orang yang dighibah harga dirinya terkoyak dan dijatuhkan.
Bahkan sebagian ulama menyebutkan bahwa harga diri lebih mulia daripada darah dan daging.

4) Memakan bangkai asalnya tidak diperbolehkan kecuali jika dalam kondisi darurat dan hanya dibolehkan dimakan seperlunya untuk menghilangkan kondisi darurat tersebut.
Maka demikian juga ghibah diperbolehkan jika dalam kondisi darurat dan seperlunya saja, tidak boleh berlebih-lebihan.
Adapun ghibah tidak dalam kondisi darurat sama seperti makan bangkai tidak dalam kondisi darurat.

(Adapun memakan bangkai manusia dalam kondisi darurat tatkala tidak ditemukan bangkai hewan sama sekali, maka ada khilaf diantara para ulama. Sebagaian ulama membolehkan, dan pendapat yang lebih kuat adalah tidak diperbolehkan sama sekali, karena manusia memiliki kehormatan baik tatkala masih hidup ataupun setelah menjadi mayat http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=1&View=Page&PageNo=1&PageID=116)

5) Orang yang berlezat-lezat tatkala mengghibah saudaranya maka sama seperti ia sedang berlezat-lezat menikmati daging bangkai saudaranya yang ia makan dan masukan dalam mulutnya.

6) Sebagaimana mengoyak dan memakan daging saudara adalah dosa besar maka demikian juga ghibah merupakan dosa besar

7) Ghibah adalah perbuatan yang sangat menjijikan. Jika memakan bangkai hewan saja menjijikan apalagi memakan bangkai manusia?, apalagi bangkai saudara sendiri?, tentu sangat menjijikkan !

8) Allah menyebutkan ((memakan daging bangkai saudaramu)), mengisyaratkan hubungan persaudaraan yang kuat antara pengghibah dengan yang dighibahi. Mereka berdua adalah bersaudara se-Islam dan se-Iman. Ini menunjukkan seharusnya seseorang membela saudaranya bukan malah mengghibahnya, menjatuhkan dan merendahkannya.

Ini juga mengisyaratkan bahwa kebanyakan ghibah yang terjadi adalah antara seseorang dengan orang yang dekat dengannya, apakah saudaranya, ataukah teman dan sahabatnya.


Maka bencilah ghibah karena Allah maka niscaya Allah akan memberikan pahala bagimu, karena Allah yang memerintahkan kita untuk membenci ghibah dengan sebenci-bencinya. Jika ada yang berghibah ria di depanmu maka tunjukkan ketidaksukaanmu dengan perbuatan tersebut, dan tunjukkan bahwa perbuatan ghibah tersebut adalah perbuatan yang menjijikkan. Dan kalau kau mampu maka bela-lah saudaramu yang sedang dighibahi tersebut.

Bencilah ghibah sebagaimana engkau benci jika daging saudaramu dikoyak dan dimakan !!

Jangan  sampai engkau menjadi kanibal !, dan jangan pula kau biarkan kanibal beraksi dihadapanmu !
_____
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, MA.
http://firanda.com/index.php/artikel/wejangan/873-neo-kanibal

Rabu, 18 Februari 2015

Jawaban surat untuk wanita syi'ah

Jawaban surat untuk wanita syiah, Dina Suleman

Dina Y Sulaeman Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang.

Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.

Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.

Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah, dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.

.........................
Bismillah. Salaamun ‘alaa manit taba’al hudaa 

Perkenalkan, saya Wildan Hasan, seorang bapak rumah tangga biasa, yang senang belajar dan menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di berbagai majelis ta’lim smile emoticon, sama sekali tak ada karir yang menuntut saya untuk itu. Tulisan-tulisan saya selama ini, kelihatannya cukup banyak diapresiasi orang; dalam arti, bukan tulisan ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang terkumpul dalam buku berjudul Bawalah Facebookmu ke Surga yang pasti belum ibu baca.

Ibu mungkin hanya ke GR an saja. Tepatnya mungkin ibu dipandang sebagai orang yang patut diwaspadai karena pandangan-pandangan ibu terkait konflik Suriah ngawur dan tak berimbang. Ibu menyebut kelompok-kelompok pro jihad Suriah sebagai radikal. Maksudnya apa bu? Kategorisasinya apa? Tujuannya apa menyebut seperti itu? Kemudian, ibu menyebut media-media pro jihad Suriah sebagai teman ust Arifin Ilham. Jadi, ibu bukan teman media pro jihad Suriah? Ibu pro mana? Maaf bila saya dianggap lancang menyurati tokoh sebesar ibu.

Ada pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada ibu. Tolong, jangan kaitkan sebuah konflik dengan urusan pribadi. Apalagi urusan keuangan. Karena siapa yang tidak tahu bahwa program Syiahisasi dunia Islam dibiayai besar-besaran oleh Republik Syiah Iran. Ibu Dina yang mengaku ibu rumah tangga biasa, tentu tidak senang kan apabila urusan dapurnya diungkit-ungkit. Saya yakin ust Arifin Ilham punya penjelasan terkait urusan dapurnya itu. 

Awal konflik Suriah

awal mula perang suriah adalah dilatar belakangi oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap rezim Bashar Asaad yang otoriter dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Rakyat Suriah kemudian melakukan aksi damai menuntut keadilan. Akan tetapi rezim Bashar malah menanggapi aksi damai tersebut dengan kekerasan.

Puncaknya adalah ketika ada anak Suriah menuliskan kata-kata di tembok tentang Bashar Asaad, kemudian anak ini di bawa oleh tentara Assad setelah di intrograsi anak kecil ini dikelupas kulitnya, lalu ditumpahkan cairan ke tubuh yang mengelupas, sehingga sakitnya tiada terperikan. Tentara Bashar sambil berteriak menuhankan Bashar Al-Assad. Penduduk protes tapi mereka ditangkapi. Siksaan demi siksaan dilakukan terhadap para tawanan yang dituduh menentang rezim Bashar Asad, padahal orang-orang ini hanyalah penduduk kampung.

Konflik Suriah yang dimulai sejak demonstrasi di kota Dharaa, 11 Maret 2011 lalu sampai detik ini tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Akibat dari konflik itu, anak-anak kehilangan orang tuanya, wanita kehilangan suami dan keluarganya, dan keluarga kehilangan harta benda mereka. Rakyat Suriah terancam kehilangan masa depan.

Belum lagi jumlah korban meninggal yang sudah mencapai lebih dari 110 ribu jiwa, ditambah jutaan lainnya yang kehilangan tempat tinggal dan harus menjadi pengungsi di luar negaranya. Sungguh hal itu sebuah keadaan yang memilukan. Tragedi ini hendaknya membuka rezin Syiah Suriah agar menghentikan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri.

Lantas, apa penyebabnya sehingga hal itu terjadi dan menyebabkan jutaan manusia menjadi korbannya? Penyebabnya adalah nafsu Syiah untuk berkuasa dan menumpas selain Syiah. 

Tidak banyak kaum muslimin yang mengetahui hakekat peristiwa yang tengah terjadi di Suriah. Banyak di antara kaum muslimin yang menyangka kebiadaban rezim Suriah tersebut semata-mata didasari oleh kepentingan politik untuk menyelamatkan kekuasaan rezim Partai Baath, partai sosialis yang telah mencengkeram rakyat Suriah selama puluhan tahun dengan kekuatan senjata. Belum banyak yang tahu bahwa kebiadaban rezim partai Baath dilatar belakangi oleh faktor ideologi dan agama. Ya, partai Baath telah didominasi oleh kelompok Nushairiyah sejak era Hafizh Asad. Kelompok Nushairiyah merupakan bagian dari sekte Syi’ah esktrim yang telah dihukumi murtad dari Islam oleh seluruh ulama kaum muslimin. Jadi, rezim Syi’ah esktrim tengah mempertontonkan kebiadannya kepada mayoritas rakyat yang beragama Islam, ahlus sunnah wal jama’ah. Demonstrasi damai versus kebiadaban militer di Suriah sejatinya adalah pertaarungan dua agama: Islam versus Nushairiyah.

Tidak heran bila Iran yang beragama Syi’ah Imamiyah (biasa juga disebut Syi’ah Itsna Atsariyah atau Syi’ah Ja’fariyah) getol memberikan dukungan militer, politik, dan ekonomi kepada rezim Syi’ah Suriah. Dua aliran Syi’ah ekstrim telah bertemu untuk menghabisi musuh bersama; mayoritas rakyat Suriah yang beragama Islam aliran Ahlus Sunnah. Bila ditambah kekuatan Syi’ah Lebanon (dengan milisi Hizbul Laata —plesetan dari nama sebenarnya, Hizbullah), kekuatan Israel, dan Kristen Libanon yang juga memusuhi Ahlus Sunnah; maka rakyat muslim sunni Suriah tengah terkepung dari seluruh penjuru. Umat Islam sedunia sudah seharusnya terus memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Suriah, sebagaimana dukungan mereka kepada perjuangan rakyat muslim Mesir, Tunisia, dan Palestina. Para ulama dan tokoh umat Islam wajib membongkar kedok rezim Nushairiyah Suriah, sehingga wala’ dan bara’ kaum muslimin jelas. Berikut ini sebagian fatwa ulama Islam yang menjelaskan hakekat kelompok Nushairiyah dan partai Baath.

Fatwa tentang Sekte Nushairiyah

Fadhilah syaikh Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi hafizhahullah

As salaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh

Siapa sebenarnya kelompok Nushairiyah itu? Kepada siapa mereka menisbahkan diri? Kapan kelompok ini muncul? Di negeri mana saja keberadaannya? Bagaimana ajaran agama mereka? Bagaiamana pendapat para ulama tentang mereka? Bolehkah memberikan ucapan selamat atas hari-hari kebahagiaan mereka dan memberikan ucapan bela sungkawa atas musibah yang menimpa mereka? Bolehkah menshalatkan jenazah mereka?

Jawab:
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh shahabatnya. Amma ba’du…

Jawaban atas beberapa pertanyaan di atas membutuhkan satu jilid buku tersendiri. Untuk itu, kami akan menjawab secara ringkas saja:

Nushairiyah adalah salah satu kelompok Syi’ah ekstrim yang muncul pada abad ketiga Hijriyah. Berbagai aliran keagamaan yang kafir seperti Bathiniyah, Ismailiyah, Budha, dan sekte-sekte kafir yang berasal dari agama Majusi masuk bergabung ke dalam kelompok Nushairiyah. Nushairiyah banyak terdapat di Suriah dan negara-negara yang bertetangga dengan Suriah.

Nushairiyah menisbahkan kelompoknya kepada seorang yang bernama Muhammad bin Nushair An-Numair, yang mengklaim dirinya sebagai nabi dan menyatakan bahwa Abul Hasan Al-Askari —-imam ke-11 kelompok Syi’ah— adalah Tuhan yang telah mengutus dirinya sebagai nabi.

Ajaran agama Nushairiyah tegak di atas dasar akidah yang rusak dan ritual-ritual ibadah yang usang hasil pencampur-adukkan dari ajaran Yahudi, Nashrani, Budha, dan Islam. Di antara akidah sesat kelompok Nushairiyah adalah:

1. Kultus individu yang esktrim terhadap diri sahabat Ali bin Abi Thaib dengan meyakini beliau adalah Rabb (Tuhan Yang Maha Menciptakan, Maha Mematikan, Maha Memberi rizki, Maha Mengatur alam), Ilah (Tuhan yang berhak disembah—edt), dan Pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk. Di antara bentuk penyembahan mereka kepada Ali bin Abi Thalib adalah semboyan agama mereka:

( لا إله إلا حيدرة الانزع البطين ، ولا حجاب عليه إلا محمد الصادق الأمين ، ولا طريق إليه إلا سلمان ذو القوة المتين ..)

“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Haidarah (Singa betina, julukan Ali—edt) ksatria yang terpercaya, Tiada hijab (penghalang) atasnya kecuali Muhammad Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur lagi terpercaya), Dan tiada jalan menujunya kecuali Salman Dzul Quwwatil Matin (pemilik kekuatan yang perkasa).“

Dari semboyan mereka ini nampak jelas bahwa kelompok Nushairiyah lebih kafir dari kaum Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik sekalipun karena dengan ucapan ini mereka menyandarkan penciptaan dan pengaturan seuruh makhluk kepada Ali bin Abi Thalib. Sedangkan kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrik mengakui bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur urusan seluruh makhluk.

2. Mereka meyakini reinkarnasi, yaitu meyakini bahwa jika seorang manusia meninggal dunia maka ruhnya berpisah dengan jasadnya dan memasuki jasad makhluk lain. Baik jasad manusia maupun jasad hewan, sesuai jenis amal perbuatannya saat ia masih hidup. Jika amal perbuatannya baik, maka ruhnya akan menempati jasad manusia atau hewan yang mulia. Adapun jika amal perbuatannya buruk, maka ruhnya akan menempati jasad hewan yang hina, seperti anjing dan lain sebagainya. Hakekat dari keyakinan ini adalah meyakini bahwa dunia ini tidak akan rusak, tidak akan pernah berakhir, tidak ada kebangkitan setelah mati, tidak ada surga, tidak ada neraka…ruh akan senantiasa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya sampai suatu saat yang tidak akan pernah berakhir. Keyakinan yang rusak ini mereka ambil dari agama Budha, karena keyakinan reinkarnasi adalah salah satu pokok ajaran agama Budha.

3. Di antara pokok ajaran akidah mereka yang sangat mengakar kuat adalah kebencian dan permusuhan yang sangat keras terhadap Islam dan kaum muslimin. Sebagai bentuk permusuhan dan kebenciaan mereka kepada Islam, mereka menjuluki shahabat Umar bin Khatab dengan julukan ‘Iblisul Abalisah’ (rajanya para iblis). Adapun tingkatan iblis setelah Umar menurut keyakinan mereka adalah Abu Bakar kemudian Utsman.

4. Mereka mengharamkan ziarah ke kuburan Nabi Muhammad SAW karena di samping makam beliau SAW terdapat makam shahabat Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khathab. 

Pada zaman dahulu keberadaan agama sesat Nushairiyah ini terbatas pada sebuah tempat di negeri Syam dan mereka tidak diberi peluang untuk memegang posisi dalam bidang pemerintahan maupun bidang pengajaran, berdasar fatwa syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Keadaan itu terus berlanjut sampai akhirnya penjajah Perancis menduduki negeri Syam. Perancis memberi mereka julukan baru ‘Al-Alawiyyin’ (keturunan atau pendukung Ali bin Abi Thalib), memberi mereka kesempatan mendiami seantero negeri Syam, dan mengangkat mereka sebagai pemegang jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan penjajah Perancis di Syam.

Adapun pendapat para ulama Islam tentang kelompok Nushairiyah…sesungguhnya para ulama Islam telah menyatakan Nushairiyah adalah kelompok yang telah keluar dari agama Islam (kelompok murtad), karena agama mereka tegak di atas dasar syirik, keyakinan reinkarnasi, pengingkaran terhadap kehidupan setelah mati, surga, dan neraka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah ditanya tentang status kelompok Nushairiyah, maka beliau menjawab:

الحمد لله رب العالمين .. هؤلاء القوم المسمون بالنصيرية هم وسائر أصناف القرامطة الباطنية اكفر من اليهود والنصارى بل اكفر بكثير من المشركين ، وضررهم على أمة محمد صلى الله عليه وسلم أعظم من ضرر الكفار المحاربين فإن هؤلاء يتظاهرون عند جهال المسلمين بالتشيع وموالاة أهل البيت وهم في الحقيقة لا يؤمنون بالله ولا برسوله ولا بكتابه ولا بأمر ولا بنهي ولا ثواب ولا عقاب ولا بجنة ولا بنار ولا بأحد من المرسلين قبل محمد صلى الله عليه وسلم ولا بملة من الملل ولا بدين من الأديان السالفة بل يأخذون من كلام الله ورسوله المعروف عند علماء المسلمين ويتأولونه على أمور يفترونها ويدعون أنها علم الباطن من جنس ما ذكره السائل …)
 
“Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Kelompok yang dinamakan Nushairiyah tersebut dan seluruh kelompok Qaramithah Bathiniyah (salah satu sekte Syi’ah yang ekstrim) yang lain adalah orang-orang yang kekafirannya lebih parah dari kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani, bahkan kekafirannya lebih berat dari kekafiran kebanyakan kaum musyrik. Bahaya mereka (kelompok Nushairiyah dan Qaramithah Bathiniyah) terhadap kaum muslimin lebih besar dari bahaya kaum kafir yang memerangi Islam, karena mereka menampakkan dirinya sebagai orang-orang Syi’ah yang loyal kepada ahlul bait di hadapan kaum muslimin yang bodoh. Padahal sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, perintah, larangan, pahala, siksa, surga, neraka, maupun seorang rasul pun sebelum Muhammad SAW. Mereka juga tidak mengimani adanya ajaran rasul dan agama samawi terdahulu apapun. Mereka hanya mengambil sebagian firman Allah dan sabda rasul-Nya yang dikenal di kalangan ulama Islam, lantas mereka melakukan ta’wil sesat yang mereka ada-adakan dan mereka klaim sebagai ilmu bathin semisal yang telah disebutkan oleh penanya di atas…”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melanjutkan jawabannya sampai pada perkataan beliau: “Sudah diketahui bersama bahwa pesisir pantai negeri-negeri Syam jatuh ke tangan pasukan Nasrani (tentara Salib) dari arah mereka (kelompok Nushairiyah). Mereka selalu membantu setiap musuh Islam. Menurut mereka, di antara musibah terbesar yang menimpa mereka adalah kemenangan kaum muslimin atas pasukan Tartar…”

Kenapa rezim Syiah Suriah begitu kejam?
Dikarenakan itu adalah perintah para imam mereka untuk membunuh ahlu Sunnah, yaitu umat Islam selain Syi’ah. Abu Abdillah, salah seorang imam Syi’ah, pernah mengatakan, “Ambillah harta para nashib –ahlu sunnah- dimanapun kalian mendapatinya, dan bayarkan kepada kami seperlima-nya.” (Jami’ul Ahadits Syi’ah, 8/532)

Sangat mungkin jika kesulitan mendapatkan harta umat Islam dengan jalan mencuri, tidak segan-segannya mereka merampok atau membunuh muslimin tadi. Toh, dalam keyakinan mereka, darah umat Islam halal.

Hal ini juga dianjurkan dalam hadits Syi’ah yang diriwayatkan oleh Husain al-Bahrani, dalam kitabnya, alMahasin an-Nafsaniyah (hal. 166). Ia meriwayatkan dari salah seorang imam Syi’ah, bahwa imam itu berkata, “Sebenarnya kami para imam hendak memerintahkan kalian untuk membunuh mereka –umat Islam. Namun kami mengkhawatirkan kalian, kami khawatir salah seorang dari kalian terbunuh disebabkan membunuh mereka. Karena satu nyawa kalian, sungguh lebih berharga daripada seribu nyawa mereka.”

Dan ada cukup banyak doktrin-doktrin pengkafiran Syiah terhadap kaum muslimin yang memungkinkan mereka termotivasi untuk membunuh kaum muslimin.

Siapakah yang jadi korban terbesar, ibu? Tepat seperti yang ibu katakan. Tak lain, kaum Ahlussunnah (Umat islam) atau 74% rakyat Suriah. 

Ibu Dina yang semoga hidayah Allah segera menyapa anda,

Atas semua kejadian di Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan sedih saat membaca pernyataan ibu yang ahistoris dan penuh distorsi sejarah, pula tidak faham akan kesesatan Syiah. Tak mungkin ibu rumah tangga seluar biasa ibu yang mengaku sedang menempuh doktoral, ingin negeri ini juga hancur lebur Suriah karena membela Syiah. 

Alhamdulillah banyak majelis dan da’i yang menjelaskan betapa berbahayanya Syiah. Bukan karena kebencian ngawur tapi kebencian terhadap kesesatannya. Sangat berbeda dengan kebencian Syiah terhadap umat Islam seperti tercantum dalam doktrin-doktrin radikal Syiah di atas. Terkait dana, saya dan kami kaum muslimin tahu betul bahwa gerakan ini murni muncul dari kesadaran umat Islam Indonesia untuk mempertahankan aqidahnya dan membela agamanya. Mungkin ibu ingin menunjuk Saudi Arabia sebagai donatur proyek anti Syiah. Maka bila pun benar, itu tidaklah berbeda dengan yang dilakukan Republik Syiah Iran untuk program Syiahisasi dunia Islam. Justru hal ini menunjukkan bahwa ibu berada di pihak Syiah sekalipun ibu mengaku bukan Syiah.

Saya mohon, ibu, cobalah Anti melihat lagi peta ideopolitiknya. Dalam konflik di Suriah, ada peran Syiah Iran. Dan yang turun ke lapangan untuk bertempur adalah muslimin yang sedang berjihad melawan rezim Syiah kafir Nushairiyah yang didukung penuh oleh Iran. Lalu, setelah kaum muslimin habis mereka akan terus mengekspor iedologi kebencian ini sehingga pembantaian kembali terjadi di negara-negara lain termasuk di Indonesia. Tidakkah ini puncak kejahatan?

Anti adalah intelekual dan akademisi. Anti juga seorang ibu. Dan saya adalah seorang bapak rumah tangga biasa. Saya mohon, Anti sejenak membayangkan bila anak-anak kita harus sengsara dan menjadi pengungsi, seperti jutaan anak-anak Suriah hari ini. Dan ini pun dalam skala kecil sudah terjadi, ibu. Ada 40-an orang Syiah, yang menyerang secara anarkis dan radikal kepada warga perumahan muslim Bukit Az-Zikra di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ada kelompok-kelompok anarkis Syiah yang selalu menganggu ibadah dan kajian umat Islam di berbagai daerah. Tidakkah kasih sayang seorang ibu yang anti bangga-banggakan, melingkupi mereka, ibu?

Ibu menyampaikan kasus sampang sebagai contoh intolerannya umat Islam terhadap Syiah, menunjukkan bahwa ibu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Sebagai akademisi dan intelektual sudah selayaknya ibu membaca suatu peristiwa dengan timbangan yang patut dipertanggungjawabkan. 

Ibu, ingatlah ungkapan Buya Hamka tokoh besar Islam Nusantara ini:

“Ketika saya di Iran, datang empat orang pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan bersemangat mereka mengajari saya tentang revolusi dan menyatakan kenginannya untuk datang ke Indonesia guna mengajarkan revolusi Syiah itu di Indonesia. Boleh datang sebagai tamu, tapi ingat kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut Syiah!” Ujar Buya

Salaamun ‘Alaa manit taba’al hudaa

Bekasi, 17/2/2015

Islamedia.com - Wildan Hasan

Jumat, 06 Februari 2015

Valentine Day

"Februari"... pembuktian cinta hari valentine dengan coklat dan keperawan???

Pembuktian Cinta Sejati Hanya Dengan Menikah

Pernyataan dan kepastian teori pasti butuh bukti, pengadilan butuh bukti, klaim tuntutan butuh bukti, keimanan butuh bukti dan tentunya cinta juga butuh pembuktian

Jika ada mengakui mencinta tetapi tidak menikahi atau segera menikahi maka itu semua hanya cinta kasih yang menjelma saja dalam pandangan mata yang berfatamorgana.  Walaupun yang diumbar adalah sajak romantis yang mengalahkan merdu kicauan burung, walaupun sentuhan sayang yang dibelai mengalahkan tetesan embuh dan  walaupun buah tangan yang diberi adalah rangkaian melati bersanggul jelita. Semuanya tanpa pernikahan adalah semi palsu bahkan tipu daya.

Mengapa? karena orang yang paling mengetahui hakikat pembuktian cinta mengatakan bukti cinta adalah menikah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لم ير للمتحا بين مثل النكاح

“Tidak diketahui [yang lebih bermanfaat] bagi dua orang yang SALING mencinta semisal pernikahan” [HR. Ibnu Majah no. 1847, As- silsilah As-shahihah no. 624]

Ulama pakar hati Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu berkata,

وقد اتفق رأي العقلاء من الأطباء وغيرهم في مواضع الأدوية أن شفاء هذا الداء في التقاء الروحين والتصاق البدنين

“Sungguh para dokter dan yang lainnya bersepakat dalam pandangan orang-orang yang berakal mengenai pengobatan, bahwa obat dari penyakit ini [mabuk cinta] adalah bertemunya dua ruh dan menempelnya dua badan [yaitu menikah]”.[Raudhatul Muhibbin hal. 212, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, 1403 H, Asy-Syamilah]

Pembuktian cinta…
Bukan dengan bunga mawar yang diberikan dengan berlutut
Bukan dengan coklat dalam bingkisan pita

Apalagi pembuktian cinta dengan melepas keperawanan, wal’iyadzu billah

Sekali lagi, pembuktian cinta hanya dengan menikah!
_____
http://muslimafiyah.com/pembuktian-cinta-sejati-hanya-dengan-menikah.html