Sekedar berbagi cerita..
Ustadz Firanda Andirja (mahasiswa doktoral Univ Islam Madinah) bercerita tentang Syaikh Prof DR Abdurrazzaaq al-Abbad (professor Aqidah Univ Islam Madinah, pengasuh kajian ilmu di Masjid Nabawi).
Ustadz mengatakan bahwa beliau dan syaikh Abdurrazzaaq bersahabat sudah lama, kurang lebih 10 tahun...
Ustadz bercerita, bahwa syaikh Abdurazzaaq pernah berjihad di Afghanistan… beliau juga mengelola bantuan dari rakyat Saudi untuk mujahidin dan rakyat Afghan… akan tetapi ustadz tahu hal tersebut bukan dari syaikh Abdurrazzaaq, tapi dari syaikh lainnya di Madinah… syaikh Abdurrazzaaq tidak pernah bercerita…
Ustadz juga mengatakan syaikh juga pernah berdakwah ke pedalaman Afrika, jauh dari nyamannya suasana tanah suci… akan tetapi, sekali lagi, ustadz tahu hal tersebut bukan dari syaikh Abdurrazzaaq, tapi dari syaikh lainnya di Madinah… syaikh Abdurrazzaaq tidak pernah bercerita…
Syaikh Abdurrazzaaq pernah 2x datang ke Indonesia, mengisi kajian di Istiqlal, dan setiap kali datang masjid full seat, masjid Istiqlal penuh sampai lantai tertinggi (lt. 5 kalau gak salah), dgn peserta 100.000+ orang, dan divideokan (banyak di Youtube)…
Dan saat ustadz bercerita tentang hal tersebut di Madinah, syaikh lain di Madinah terkaget-kaget mendengar banyaknya jumlah hadirin di masjid terbesar Asia Tenggara tersebut… kenapa? Karena syaikh Abdurrazzaaq tidak pernah cerita juga kepada syaikh-syaikh lain di Madinah… yg mereka tahu hanyalah, Syaikh Abdurrazzaaq pergi ke Indonesia dan mungkin diselingi dakwah, titik.
Ustadz juga bercerita, suatu ketika ada orang buta menemui syaikh di Madinah. Syaikh terlihat sangat menghormati orang buta tersebut, dikecupnya kening sang buta, lalu mereka mengobrol bersama…
Setelah selesai, ustadz bertanya “tadi ada apa?”. Lalu syaikh Abdurrazzaaq menjawab “tadi ada orang buta ingin meminta izin mencetak buku tulisan saya”. Dan selesailah perbincangan.
Usut punya usut, ternyata orang buta tersebut adalah Syaikh Shalih as-Suhaimi, salah seorang syaikh senior di Masjid Nabawi yang memang Allah takdirkan buta… beliau adalah guru syaikh Abdurrazzaaq, dan beliau meminta izin untuk mencetak buku syaikh Abdurrazzaaq utk diajarkan di masjid Nabawi…
Dan apa penjelasan syaikh Abdurrazzaaq? “Tadi ada orang buta ingin meminta izin mencetak buku tulisan saya”…
SubhaanAllah… lihatlah betapa rendah hatinya jawaban ini… sama sekali tidak ada nada meninggikan diri… tidak berbangga bahwa guru kita yang seorang syaikh sepuh di Madinah sekarang “berguru” pada kita… tidak berbangga bahwa buku kita dipakai mengajar di Masjid Nabawi…
Jika kita jadi beliau, akankah kita menjawab “tadi ada orang buta meminta izin untuk mencetak buku saya”…??
Ataukah kita akan menjawab, “tadi guru saya, seorang syaikh senior di Madinah, datang minta izin ingin mencetak buku saya untuk diajarkan di Masjid Nabawi”…??
Melalui kisah di atas:
Sudahkah niat kita ikhlas?
Sudahkah Allah menjadi tujuan kita?
Silakan direnungkan kembali
----------------------------------------
Dari kang Oja via grup Woles Aja